Yehezkiel 31:1: Janji Kejatuhan Mesir

"Pada tahun kesebelas, pada bulan yang ketiga, pada tanggal satu bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku:"
Gambar pohon yang menjulang tinggi melambangkan kekuasaan

Kitab Yehezkiel, pasal 31, ayat 1, menandai dimulainya sebuah penglihatan profetik yang sangat kuat dan simbolis. Ayat ini berbunyi: "Pada tahun kesebelas, pada bulan yang ketiga, pada tanggal satu bulan itu, datanglah firman TUHAN kepadaku:". Pernyataan ini menetapkan konteks waktu dan sumber ilahi dari pesan yang akan disampaikan. Tanggal yang spesifik menunjukkan adanya ketelitian ilahi dalam menyampaikan nubuat, bukan sekadar ramalan acak.

Penglihatan yang mengikuti dalam pasal ini adalah gambaran metaforis yang menakjubkan tentang pohon aras di Lebanon. Yehezkiel diperintahkan untuk berbicara kepada Firaun, raja Mesir, dan seluruh kerumunannya. Perbandingan Firaun dengan pohon aras ini bukan tanpa alasan. Pohon aras Lebanon terkenal karena kebesaran, keindahan, kekuatan, dan usianya yang panjang. Ia tumbuh subur di lingkungan yang ideal, menjulang tinggi di antara pepohonan lain, dan memberikan keteduhan serta kebanggaan. Dalam konteks kuno, memiliki pohon yang megah dan kuat seringkali melambangkan kekuasaan, kemakmuran, dan stabilitas seorang penguasa atau sebuah bangsa.

Dengan membandingkan Firaun dengan pohon aras yang megah, Allah sedang menggambarkan posisi Firaun di antara bangsa-bangsa. Mesir, di bawah kekuasaan Firaun, pada masa itu adalah kekuatan dominan di wilayah tersebut. Kemakmuran, pengaruh politik, dan kekuatan militernya membuatnya tampak tak tertandingi, seperti pohon aras yang tinggi di hutan Lebanon. Ia membanggakan diri dengan semua keunggulannya, meniru kesombongan yang seringkali menyertai kekuasaan besar.

Namun, firman TUHAN yang datang kepada Yehezkiel bukanlah untuk mengagumi kebesaran Mesir, melainkan untuk menyatakan penghakimannya. Kesombongan dan ketergantungan Firaun pada kekuatannya sendiri, serta penolakannya untuk mengakui kedaulatan Allah, akan membawanya pada kejatuhan. Gambaran pohon aras yang akhirnya ditebang, ranting-rantingnya berserakan, dan tubuhnya jatuh, menjadi metafora kuat untuk kehancuran Mesir. Kejatuhan ini tidak hanya akan mempengaruhi Mesir sendiri, tetapi juga bangsa-bangsa lain yang bergantung padanya atau yang terintimidasi oleh kekuatannya.

Yehezkiel 31:1 berfungsi sebagai pintu gerbang menuju penglihatan yang lebih dalam tentang bagaimana Allah menangani kesombongan dan kekuasaan duniawi. Nubuat ini mengingatkan bahwa, betapapun megahnya sebuah bangsa atau penguasa terlihat, mereka tunduk pada kekuasaan tertinggi Allah. Kejatuhan yang dinubuatkan kepada Mesir adalah pelajaran bagi semua zaman tentang bahaya kesombongan dan pentingnya mengakui Allah sebagai sumber segala kekuatan dan keberhasilan. Penggunaan metafora alam yang begitu hidup dan dramatis membuat pesan penghakiman ini mudah dipahami dan diingat, bahkan berabad-abad kemudian.