Yehezkiel 33:25 - Jawaban Bagi Jiwa

"Oleh sebab itu, katakanlah kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Kamu memakan daging dengan darahnya, dan kamu menengadah kepada berhala-berhalamu, dan kamu menumpahkan darah. Masakan kamu dapat memiliki negeri ini?"

Ayat Yehezkiel 33:25 ini diucapkan dalam konteks peringatan keras dari Allah kepada umat Israel yang telah jatuh dalam penyembahan berhala dan berbagai pelanggaran moral. Pesan ini bukan sekadar teguran, melainkan panggilan untuk introspeksi mendalam dan pengakuan dosa. Kata-kata "Kamu memakan daging dengan darahnya" secara metaforis menggambarkan praktik kekejaman dan ketidakpedulian terhadap kehidupan, yang merupakan pelanggaran serius terhadap hukum Allah. Ditambah lagi dengan kebiasaan "menengadah kepada berhala-berhalamu", menunjukkan pengabaian total terhadap satu-satunya Tuhan yang layak disembah.

Pertanyaan retoris di akhir ayat, "Masakan kamu dapat memiliki negeri ini?", menekankan konsekuensi dari tindakan mereka. Kepemilikan atas tanah perjanjian adalah anugerah dari Allah, yang diberikan berdasarkan ketaatan dan kesetiaan. Ketika umat-Nya berpaling dari jalan-Nya, mereka kehilangan hak dan berkat yang telah dijanjikan. Ini adalah pengingat bahwa hubungan dengan Tuhan bersifat timbal balik; kesetiaan mendatangkan berkat, sementara pemberontakan membawa penghakiman.

Dalam konteks modern, ayat ini tetap relevan. Kitab Yehezkiel mengingatkan kita bahwa kemakmuran spiritual dan material bukanlah sesuatu yang otomatis didapat, melainkan hasil dari hubungan yang benar dengan Sang Pencipta. Praktik "memakan daging dengan darahnya" bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak kehidupan, baik secara fisik maupun emosional, entah itu dalam bentuk kekerasan, ketidakadilan, atau pengabaian terhadap sesama. "Menengadah kepada berhala-berhalamu" dapat mencakup segala hal yang kita prioritaskan di atas Tuhan: kekayaan, kekuasaan, ambisi pribadi, atau bahkan kepuasan diri yang berlebihan.

Inti dari pesan Yehezkiel 33:25 adalah bahwa keberlangsungan spiritual dan pemulihan umat manusia sangat bergantung pada pengakuan dosa, pertobatan yang tulus, dan kembali kepada ketaatan kepada Allah. Tanpa pembersihan dari praktik-praktik yang menjauhkan kita dari-Nya, kita tidak dapat berharap untuk menerima berkat dan pemeliharaan ilahi. Ayat ini adalah undangan untuk memeriksa hati kita, meninggalkan segala bentuk penyembahan berhala modern, dan hidup sesuai dengan kehendak Allah, agar kita dapat kembali memiliki janji dan berkat-Nya, baik di dunia ini maupun dalam kekekalan. Jawaban bagi jiwa yang rindu kedamaian sejati terletak pada penyerahan diri yang utuh kepada Tuhan.