"Berkatalah kepada kepadanya: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku menjadi lawanmu, hai gunung Seir, dan Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan engkau, dan Aku akan menjadikan engkau kebinasaan dan puing-puing."
Ayat Yehezkiel 35:3 merupakan bagian dari nubuat yang disampaikan oleh nabi Yehezkiel yang ditujukan kepada bangsa Edom, yang secara geografis berpusat di wilayah pegunungan yang dikenal sebagai Gunung Seir. Firman ini bukan sekadar ungkapan kemarahan biasa, melainkan sebuah deklarasi ilahi yang tegas dari Tuhan semesta alam. Tuhan menyatakan diri-Nya sebagai lawan langsung dari Gunung Seir, mengacungkan tangan-Nya sebagai simbol kuasa dan penghakiman. Janji penghancuran yang disampaikan—"menjadikan engkau kebinasaan dan puing-puing"—menekankan keseriusan dan kepastian dari penghakiman ilahi yang akan menimpa mereka.
Konteks historis di balik nubuat ini sangat penting untuk dipahami. Bangsa Edom, keturunan Esau (saudara Yakub), memiliki sejarah permusuhan yang panjang dengan bangsa Israel. Selama masa kesengsaraan bangsa Israel, termasuk saat mereka diasingkan ke Babel, orang Edom sering kali menunjukkan sikap yang merendahkan, bahkan berpartisipasi dalam penindasan dan penjarahan terhadap saudara-saudara mereka. Mereka gagal menunjukkan belas kasihan dan malah bersukacita atas kemalangan umat pilihan Tuhan. Sikap inilah yang memicu murka Tuhan dan berujung pada nubuat penghakiman ini. Tuhan tidak akan membiarkan kejahatan dan kebencian dibiarkan begitu saja, terutama ketika itu diarahkan kepada umat yang dikasihi-Nya.
Makna rohani dari ayat ini melampaui sekadar konflik antarbangsa. Gunung Seir dalam konteks ini dapat melambangkan segala sesuatu yang menentang kehendak Tuhan, kekuatan yang gelap, keangkuhan, serta sikap hati yang keras dan penuh kebencian. Ketika sebuah entitas, baik itu individu, kelompok, maupun sistem, secara sengaja menolak kebaikan, menganiaya orang lemah, dan bersukacita atas penderitaan orang lain, mereka pada dasarnya menempatkan diri mereka sebagai "lawan" Tuhan. Nubuat Yehezkiel 35:3 mengingatkan kita bahwa Tuhan adalah hakim yang adil. Dia melihat setiap tindakan dan motivasi hati. Keadilan-Nya pasti akan ditegakkan, dan mereka yang terus-menerus memberontak melawan-Nya akan menghadapi konsekuensi yang serius.
Penting untuk dicatat bahwa Tuhan bertindak bukan karena kebencian semata, melainkan karena tuntutan keadilan ilahi dan kesetiaan-Nya kepada perjanjian-Nya dengan umat-Nya. Penghakiman terhadap Gunung Seir adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar untuk memulihkan umat-Nya dan menunjukkan kedaulatan-Nya atas seluruh bumi. Bagi umat Tuhan, ayat ini memberikan penghiburan dan kepastian bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka yang berseru kepada-Nya dalam kesulitan. Keadilan-Nya akan datang, dan musuh-musuh-Nya, sekebal apapun, pada akhirnya akan dihancurkan. Nubuat ini mengundang kita untuk merefleksikan hati kita sendiri: apakah kita berpihak kepada kebenaran dan kasih Tuhan, atau kita tanpa sadar menjadi "Gunung Seir" yang menentang kehendak-Nya melalui sikap dan perbuatan kita.