"Kemudian firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, tulang-tulang ini ialah seluruh kaum Israel. Sesungguhnya mereka berkata: "Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, harapan kami sudah hilang, kami sudah terputus."
Ayat Yehezkiel 37:11 menggambarkan sebuah visi yang diberikan kepada nabi Yehezkiel, di mana ia melihat sebuah lembah yang penuh dengan tulang belulang yang kering. Penglihatan ini bukanlah sekadar narasi historis, melainkan sebuah gambaran metaforis yang mendalam tentang kondisi umat Allah pada masa itu. Umat Israel sedang mengalami masa pembuangan di Babel, sebuah periode penuh keputusasaan dan kehilangan identitas. Mereka merasa seperti tulang belulang yang kering, terpisah dari tanah air mereka, tanpa harapan untuk kembali dan membangun kembali kehidupan mereka. Perkataan, "Tulang-tulang kami sudah menjadi kering, harapan kami sudah hilang, kami sudah terputus," mencerminkan rasa patah semangat dan keputusasaan yang mendalam yang melanda bangsa tersebut. Mereka merasa seolah-olah kehidupan rohani dan keberadaan mereka sebagai bangsa telah berakhir. Namun, visi ini tidak berhenti pada gambaran keputusasaan. Tuhan sengaja menunjukkan ini kepada Yehezkiel untuk mempersiapkan sebuah pesan harapan yang luar biasa. Ayat ini adalah pembukaan dari sebuah narasi yang lebih besar tentang kebangkitan. Tulang-tulang yang kering itu tidak akan selamanya tergeletak tak bernyawa. Tuhan berjanji untuk memberikan nafas kehidupan kembali kepada mereka, menyatukan mereka kembali, dan mengembalikan mereka ke tanah perjanjian mereka. Ini adalah janji pemulihan ilahi, sebuah tanda bahwa meskipun manusia bisa merasa benar-benar kalah, Tuhan memiliki kuasa untuk memberikan kehidupan baru dari keadaan yang paling tandus sekalipun. Dalam konteks modern, ayat ini terus memberikan pesan yang relevan. Seringkali, kita sebagai individu atau komunitas mengalami masa-masa "tulang belulang kering." Mungkin itu adalah kegagalan pribadi, kehilangan orang terkasih, krisis iman, atau tantangan sosial yang terasa tak teratasi. Dalam situasi seperti itu, mudah untuk merasa bahwa harapan telah hilang dan kita telah "terputus." Namun, Yehezkiel 37:11 mengingatkan kita bahwa kesudahan Allah bukanlah keputusasaan. Dia adalah Tuhan kehidupan, yang mampu membangkitkan kembali apa yang tampaknya mati. Pesan dari ayat ini adalah tentang iman yang teguh dalam menghadapi kesulitan. Meskipun keadaan terlihat suram, kita dipanggil untuk mengingat bahwa kuasa Tuhan jauh melampaui segala keterbatasan manusia. Dia dapat menyatukan kembali apa yang terpecah belah, memberikan semangat baru pada kehidupan yang lesu, dan mengembalikan harapan yang hilang. Visi tentang tulang belulang yang dihidupkan kembali menjadi simbol kekuatan pemulihan ilahi yang abadi, menawarkan kepastian bahwa bahkan di lembah keputusasaan terdalam, selalu ada ruang untuk kebangkitan dan kehidupan baru melalui kasih karunia-Nya.