"Ia membawa aku melewati mereka, di sekelilingnya ada banyak sekali tulang-tulang di lembah itu; lihatlah, tulang-tulang itu sangat kering."
Ayat Yehezkiel 37:2 membuka sebuah penglihatan yang begitu dramatis dan mungkin mengerikan: nabi Yehezkiel dibawa ke sebuah lembah yang dipenuhi dengan tulang belulang yang sangat kering. Gambaran ini bukan sekadar deskripsi fisik semata, melainkan sebuah metafora yang kuat tentang kondisi spiritual dan eksistensial umat Allah pada masa itu. Bangsa Israel sedang berada dalam pembuangan di Babel, kehilangan tanah air, identitas, dan harapan. Keadaan mereka bisa diibaratkan seperti lembah yang tandus, tanpa kehidupan, di mana segala sesuatu tampak telah mati dan tak dapat dihidupkan kembali.
Tulang-tulang yang kering melambangkan kehancuran total. Keringnya tulang menunjukkan bahwa tidak ada lagi kelembaban kehidupan, tidak ada lagi kekuatan, tidak ada lagi potensi untuk tumbuh. Ini adalah gambaran dari keputusasaan yang mendalam. Di tengah-tengah situasi seperti inilah Allah memilih untuk berbicara kepada umat-Nya. Penglihatan ini disajikan untuk menunjukkan bahwa sekalipun keadaan terlihat begitu suram, bahkan mustahil untuk pulih, kekuasaan Allah jauh melampaui segala keterbatasan manusia.
Yehezkiel tidak hanya melihat lembah itu, tetapi ia juga dibawa untuk mengamati sekelilingnya. Hal ini menekankan betapa luas dan menyeluruh kehancuran yang terjadi. Ini adalah situasi di mana manusia secara alami tidak memiliki solusi. Akal manusia, kekuatan manusia, bahkan sumber daya manusia akan merasa tidak berdaya di hadapan keadaan yang sedemikian rupa. Namun, di sinilah letak keagungan dan keajaiban nubuatan ini. Allah tidak membiarkan umat-Nya terperosok dalam keputusasaan abadi.
Lebih dari sekadar melihat, nabi kemudian diperintahkan untuk mempertimbangkan banyak sekali tulang-tulang itu. Pertanyaan yang diajukan Allah kepada Yehezkiel selanjutnya, "Kuatkah tulang-tulang ini menjadi hidup kembali?" (Yehezkiel 37:3), mempersiapkan panggung untuk demonstrasi kuasa ilahi yang luar biasa. Ini adalah pengingat bahwa harapan tidak boleh padam, bahkan ketika segala sesuatu tampak seperti akhir. Nubuat ini adalah janji akan pemulihan, kebangkitan, dan kehidupan baru yang hanya dapat datang dari campur tangan Allah.
Melalui gambaran lembah tulang-tulang kering ini, Allah ingin mengajarkan bahwa tidak ada situasi yang terlalu buruk bagi-Nya untuk memulihkan. Dosa, pembuangan, penderitaan, bahkan kematian sekalipun, tidak dapat mengalahkan kuasa pencipta dan pemelihara kehidupan. Yehezkiel 37:2 bukan hanya tentang masa lalu bangsa Israel, tetapi juga tentang bagaimana Allah bekerja dalam hidup kita. Ia dapat mengambil apa yang tampaknya mati, hancur, dan tidak berharga, lalu memberikan kehidupan dan tujuan yang baru, menghidupkan kembali harapan yang telah lama padam.