Yehezkiel 40:6

"Kemudian ia mendatangi gerbang yang menghadap ke timur. Ia naik tangga untuk masuk gerbang itu dan mengukur ambang pintu gerbang itu: lebar enam hasta, dan sisi gerbang yang satu enam hasta. Sisi gerbang yang lain juga enam hasta lebarnya."
Pintu Gerbang Timur 6 Hasta 6 Hasta

Representasi visual pintu gerbang dengan pengukuran.

Kitab Yehezkiel, pasal 40, ayat 6, membawa kita pada deskripsi yang sangat rinci mengenai visi yang diberikan kepada nabi Yehezkiel tentang sebuah bait Allah yang baru. Visi ini bukan sekadar gambaran arsitektur, melainkan sebuah pesan teologis yang mendalam, yang menyampaikan harapan akan pemulihan dan kesucian Allah di tengah umat-Nya. Ayat yang berbunyi, "Kemudian ia mendatangi gerbang yang menghadap ke timur. Ia naik tangga untuk masuk gerbang itu dan mengukur ambang pintu gerbang itu: lebar enam hasta, dan sisi gerbang yang satu enam hasta. Sisi gerbang yang lain juga enam hasta lebarnya," memberikan titik awal yang konkret untuk pemahaman visi ini.

Fokus pada gerbang yang menghadap ke timur memiliki signifikansi simbolis yang besar. Dalam tradisi Alkitab, timur sering kali dikaitkan dengan kemuliaan dan kehadiran Allah. Cahaya matahari terbit dari timur, membawa kehidupan dan kehangatan, dan di dalam tradisi Israel, kemuliaan TUHAN sering digambarkan datang dari arah timur (misalnya dalam Yehezkiel 43:2). Oleh karena itu, gerbang timur menjadi pintu masuk yang paling terhormat, tempat Allah akan menyatakan Diri-Nya. Yehezkiel diperintahkan untuk naik tangga, menunjukkan bahwa akses menuju tempat kudus bukanlah perkara biasa, melainkan membutuhkan usaha dan persiapan rohani.

Pengukuran yang diberikan secara spesifik—enam hasta untuk lebar ambang pintu dan masing-masing sisi gerbang—menarik perhatian. Angka enam dalam numerologi Alkitab sering dikaitkan dengan ketidaksempurnaan atau hal-hal yang bersifat manusiawi, karena angka tujuh melambangkan kesempurnaan dan ilahi. Namun, dalam konteks bait Allah yang baru, angka enam ini bisa juga dilihat sebagai proporsi yang kokoh dan kuat, siap untuk menyambut umat Allah. Di sisi lain, pengukuran yang presisi ini menekankan betapa pentingnya detail dalam rencana Allah dan keseriusan dalam membangun kembali hubungan dengan-Nya. Tidak ada yang sembarangan dalam rancangan ilahi ini.

Visi tentang bait Allah yang baru ini merupakan sebuah janji pemulihan setelah kehancuran dan pembuangan umat Israel. Yehezkiel menubuatkan masa depan di mana Allah akan mengembalikan umat-Nya, membersihkan mereka dari dosa, dan mendirikan kembali hadirat-Nya di antara mereka. Gerbang yang megah dan terukur ini melambangkan sebuah pembukaan kembali jalan menuju Allah, jalan yang kini terbuka bagi semua orang yang mencari-Nya dengan tulus. Ini adalah gambaran tentang kesucian yang baru, tatanan yang baru, dan perjanjian yang baru yang akan ditegakkan oleh Allah.

Memahami Yehezkiel 40:6 dan visinya secara keseluruhan memberikan perspektif yang cerah tentang kesetiaan Allah. Meskipun umat-Nya mungkin telah mengalami penghukuman karena dosa-dosa mereka, Allah tetap setia pada janji-Nya untuk memulihkan. Penggambaran bait Allah yang baru ini bukan hanya untuk masa lalu, tetapi juga menjadi simbol harapan bagi gereja dan semua orang percaya masa kini: bahwa Allah selalu membuka jalan bagi kita untuk mendekat kepada-Nya, melalui pengorbanan Kristus, yang membawa kita kepada kesempurnaan dan kedekatan yang sejati dengan Bapa Surgawi.