Yehezkiel 43:16

"Altar itu bersudut empat, panjangnya dua belas hasta dan lebarnya dua belas hasta, keempat sisinya sama tingginya empat hasta. Kelilingnya ada tepiannya yang setinggi satu hasta, dan alasnya setinggi setengah hasta; ia harus diletakkan di atas tanah."

Altar

Kitab Yehezkiel membawa penglihatan yang mendalam tentang bait Allah yang baru, sebuah visi restorasi dan keagungan ilahi setelah masa pembuangan. Di tengah deskripsi arsitektur yang megah dan detail ritual yang rumit, ayat Yehezkiel 43:16 menyoroti sebuah elemen kunci: altar. Ayat ini tidak hanya memberikan ukuran geometris yang presisi, tetapi juga sarat dengan makna simbolis yang penting bagi pemahaman kita tentang ibadah dan kehadiran Tuhan.

Altar yang digambarkan memiliki bentuk persegi dengan panjang dan lebar dua belas hasta, serta tinggi empat hasta. Ini menunjukkan sebuah struktur yang kokoh dan proporsional. Angka "dua belas" sering kali melambangkan kesempurnaan, kelengkapan, atau pemerintahan ilahi dalam konteks Alkitab. Dalam hal ini, altar yang berdimensi dua belas kali dua belas hasta dapat diartikan sebagai altar yang benar-benar sempurna di hadapan Tuhan, mencerminkan tatanan dan otoritas-Nya yang tak terbantahkan.

Selain dimensi utama, disebutkan pula adanya tepian setinggi satu hasta dan alas setinggi setengah hasta. Detail ini mungkin terlihat kecil, namun sangat krusial. Tepian bisa jadi merupakan area yang diperuntukkan bagi tugas-tugas khusus para imam, atau mungkin sebagai pembatas untuk memastikan kesucian area altar. Alas yang lebih rendah menunjukkan bahwa altar ini tidak berdiri begitu saja, melainkan memiliki fondasi yang kokoh, menyiratkan kestabilan dan keandalan. Penempatan altar yang "harus diletakkan di atas tanah" menegaskan kembali hubungan antara yang ilahi dan yang duniawi, antara surga dan bumi, yang disatukan melalui pengorbanan dan penyembahan yang layak.

Dalam konteks persembahan korban pada zaman Perjanjian Lama, altar adalah pusat dari seluruh sistem ibadah. Di sanalah darah binatang dicurahkan untuk menebus dosa. Namun, penglihatan Yehezkiel tentang altar ini melampaui sekadar fungsi ritualistik. Ini adalah gambaran kembalinya kemuliaan Tuhan ke tengah umat-Nya, kehadiran-Nya yang suci dan tak tercemar yang bersemayam di bait-Nya. Bentuknya yang rapi dan terukur mencerminkan keteraturan dan kekudusan Tuhan sendiri.

Bagi umat Kristen masa kini, altar ini dapat dipahami sebagai simbol Kristus sendiri. Dia adalah persembahan sempurna yang mengakhiri kebutuhan akan korban binatang. Stations of the Cross di gereja atau mezbah di altar melambangkan tempat persembahan Kristus yang satu kali untuk selamanya. Struktur altar dalam penglihatan Yehezkiel mengingatkan kita bahwa penyembahan yang sejati haruslah teratur, penuh hormat, dan berakar pada kebenaran ilahi. Setiap elemen, dari bentuk hingga penempatannya, berbicara tentang kesucian, ketepatan, dan pentingnya mendekat kepada Tuhan dengan cara yang telah Dia tetapkan. Yehezkiel 43:16 bukan hanya deskripsi fisik, tetapi peta menuju hati ibadah yang mendalam.