Alt Text: Simbol abstrak berbentuk segitiga yang menghadap ke atas, dikelilingi lingkaran, dengan titik di tengah, melambangkan tempat kudus dan penyucian.
Ayat Yehezkiel 43:17 membawa kita pada gambaran visual yang kuat mengenai mezbah di Bait Suci yang baru. Mezbah ini bukan sekadar struktur fisik, melainkan pusat dari ibadah dan penyucian umat. Deskripsi mengenai "tikus-tikus" yang mendaki mezbah dan kemudian dibakar menandakan pembersihan total dari segala sesuatu yang najis dan tidak layak di hadapan Tuhan. Dalam konteks ibadah di Bait Suci, pengorbanan hewan menjadi sarana penting untuk menebus dosa dan memulihkan hubungan dengan Sang Pencipta.
Mezbah pengorbanan ini melambangkan titik pertemuan antara kesucian ilahi dan keberdosaan manusia. Segala persembahan yang dibawa ke atas mezbah ini, mulai dari lembu, domba, hingga kambing, semuanya diperuntukkan bagi TUHAN sebagai tanda penebusan. Proses pembakaran yang total menunjukkan betapa pentingnya kekudusan dalam setiap aspek ibadah. Tidak ada tempat bagi kenajisan atau ketidakmurnian di hadirat Tuhan yang mahakudus.
Frasa "Aku akan membinasakan" dalam ayat ini menekankan keseriusan Tuhan terhadap kekudusan-Nya. Ia adalah Allah yang cemburu akan kemuliaan-Nya sendiri dan tidak akan mentolerir segala bentuk pemberontakan atau pencemaran terhadap tempat ibadah-Nya. Ini bukan sekadar ancaman, melainkan sebuah janji tentang bagaimana Ia akan menjaga kesucian-Nya. Bagi umat yang berseru kepada-Nya, ini adalah pengingat untuk datang dengan hati yang tulus dan bersih, serta mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Allah yang kudus.
Dalam konteks spiritual yang lebih luas, Yehezkiel 43:17 mengajarkan kita tentang pentingnya penyucian diri. Sama seperti mezbah itu harus bebas dari segala najis agar persembahan dapat diterima, demikian pula kita dipanggil untuk membersihkan hati dan pikiran kita dari dosa dan keinginan duniawi. Tuhan merindukan ibadah yang datang dari hati yang murni, yang menghormati kekudusan-Nya. Ketika kita mendekati hadirat Tuhan, kita harus melakukannya dengan rasa hormat, takut akan Tuhan, dan kerinduan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.
Mezbah dalam pandangan Yehezkiel ini menjadi fondasi bagi pemulihan umat Israel dan pengenalan kembali akan kemuliaan Tuhan di tengah-tengah mereka. Keberadaan mezbah yang kudus dan pengorbanan yang sempurna menjadi lambang dari penebusan yang akan datang. Bagi kita yang hidup di masa kini, mezbah ini menunjuk pada pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib. Melalui kematian-Nya yang sempurna, Ia telah menyediakan jalan bagi kita untuk diperdamaikan dengan Allah, dibersihkan dari segala dosa, dan memiliki hubungan yang utuh dengan-Nya.
Memahami Yehezkiel 43:17 memberikan perspektif yang lebih dalam tentang bagaimana kita harus menghampiri Allah. Ini adalah panggilan untuk hidup dalam kekudusan, menjaga hati kita tetap murni, dan mempersembahkan hidup kita sebagai ibadah yang hidup. Dengan datang kepada Tuhan melalui Yesus Kristus, kita menemukan ketenangan abadi yang sesungguhnya, di mana dosa telah diampuni dan kita diterima sebagai anak-anak-Nya. Mezbah pengorbanan yang kudus mengajarkan kita bahwa kesucian Allah adalah mutlak, namun kasih dan pengampunan-Nya juga tak terbatas bagi mereka yang datang kepada-Nya dengan iman.