"Engkau harus mengambil lembu jantan muda untuk persembahan karena dosa dan domba jantan untuk korban bakaran, keduanya haruslah yang terbaik."
Simbol Bait Allah yang Diberkati
Ayat Yehezkiel 43:21 menyoroti sebuah aspek penting dalam ibadah dan pemulihan bangsa Israel, yaitu tentang persembahan khusus untuk pengudusan Bait Allah. Setelah periode pengasingan dan kehancuran, Tuhan memberikan visi kepada nabi Yehezkiel tentang pembangunan kembali Bait-Nya. Visi ini tidak hanya berkaitan dengan arsitektur fisik, tetapi juga dengan tata cara ibadah yang benar dan kudus.
Dalam konteks ayat ini, lembu jantan muda dan domba jantan dipilih sebagai korban untuk persembahan. Pemilihan hewan yang "terbaik" menandakan bahwa persembahan yang dipersembahkan kepada Tuhan haruslah yang paling berkualitas. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah pengakuan atas kesucian dan keagungan Tuhan yang tidak layak menerima sesuatu yang kurang dari yang terbaik. Persembahan ini memiliki dua tujuan utama yang disebutkan: persembahan karena dosa (lembu jantan muda) dan korban bakaran (domba jantan).
Persembahan karena dosa memiliki makna penebusan. Manusia, dalam ketidaksempurnaannya, pasti berbuat dosa. Dosa memisahkan manusia dari Tuhan dan menajiskan kekudusan-Nya. Oleh karena itu, diperlukan sebuah korban yang menggantikan diri pendosa untuk menanggung hukuman dosa. Lembu jantan muda, yang seringkali digunakan dalam upacara pengampunan dosa yang besar, melambangkan sebuah pengorbanan yang kuat dan efektif untuk membersihkan kenajisan yang disebabkan oleh dosa.
Sementara itu, korban bakaran (holocaust) melambangkan penyerahan diri total kepada Tuhan. Hewan yang dikorbankan seluruhnya menjadi abu di atas mezbah, menunjukkan dedikasi dan ketaatan yang tanpa syarat. Ini adalah ekspresi dari keinginan hati untuk hidup bagi kemuliaan Tuhan, mengakui bahwa segala sesuatu berasal dari Dia dan kembali kepada-Nya. Ketika kedua jenis persembahan ini digabungkan, mereka mencakup aspek penebusan dari dosa dan aspek penyembahan serta penyerahan diri yang penuh.
Yehezkiel 43:21, dalamVISIILNYA, menekankan bahwa pengudusan Bait Allah, yang merupakan tempat kediaman Tuhan di antara umat-Nya, membutuhkan persembahan yang suci dan tanpa cacat. Ini mengajarkan kita bahwa ketika kita mendekat kepada Tuhan, baik dalam ibadah pribadi maupun komunal, kita dipanggil untuk membawa yang terbaik dari diri kita, baik dalam hal hati maupun perbuatan. Ketulusan, ketaatan, dan penyerahan diri yang total adalah persembahan yang senantiasa menyenangkan hati Tuhan. Visi ini menjadi pengingat abadi akan pentingnya kesucian dalam setiap aspek kehidupan rohani kita, memastikan bahwa kita selalu menghormati dan menguduskan nama Tuhan.