Yehezkiel 44:15

"Tetapi imam-imam Lewi, orang-orang Sadok, yang tetap setia memelihara tugas mereka di dalam Bait-Ku, ketika bani Israel menyesatkan diri dari pada-Ku, merekalah yang boleh mendekat kepada-Ku untuk melayani Aku, dan merekalah yang boleh berdiri di hadapan-Ku untuk mempersembahkan korban sembelihan, lemak dan persembahan kepada-Ku, demikianlah firman Tuhan ALLAH."

Kesetiaan Pelayanan Persembahan

Ilustrasi: Simbolisme Kesetiaan, Pelayanan, dan Persembahan dalam Konteks Iman

Kitab Yehezkiel, sebuah kitab kenabian yang sarat dengan visi dan nubuat, menyajikan banyak gambaran tentang bait Allah, hukum-hukumnya, dan peran para pelayan-Nya. Salah satu ayat yang menarik perhatian adalah Yehezkiel 44:15. Ayat ini secara spesifik menyoroti kelompok imam tertentu yang diizinkan untuk menjalankan tugas di dalam Bait Suci pada masa ketika banyak umat Israel telah tersesat dari jalan Tuhan. Kelompok ini adalah "imam-imam Lewi, orang-orang Sadok".

Penunjukan orang-orang Sadok sebagai imam yang setia memiliki makna historis dan teologis yang mendalam. Dalam sejarah Israel, Sadok adalah salah satu imam utama yang setia kepada Raja Daud dan kemudian kepada Salomo, terutama pada masa-masa pergolakan politik dan keagamaan. Mereka dikenal karena mempertahankan garis keturunan imamat yang benar dan tidak terpengaruh oleh praktik-praktik penyembahan berhala yang marak di kalangan umat Israel. Ayat ini menegaskan bahwa kesetiaan mereka dalam memelihara tugas di Bait Allah, bahkan ketika umat banyak yang menyimpang, membuat mereka layak untuk tetap melayani Tuhan.

Pesan utama dari Yehezkiel 44:15 bukan hanya tentang ritual atau struktur imamat di masa lalu. Lebih dari itu, ayat ini berbicara tentang prinsip kesetiaan dan kekudusan dalam pelayanan kepada Tuhan. Dalam konteks modern, ayat ini dapat diinterpretasikan sebagai panggilan bagi setiap orang percaya untuk tetap setia pada panggilan dan tugas yang Tuhan berikan, terlepas dari pengaruh dunia yang seringkali mengajak kita menjauh dari prinsip-prinsip ilahi.

Imam-imam Sadok digambarkan sebagai mereka yang "tetap setia memelihara tugas mereka di dalam Bait-Ku". Ini menunjukkan dedikasi yang tidak tergoyahkan, bahkan ketika situasi menjadi sulit atau ketika mayoritas orang telah kehilangan arah. Bagi kita hari ini, "Bait-Ku" bisa merujuk pada banyak hal: gereja sebagai tubuh Kristus, hati kita yang seharusnya menjadi bait Roh Kudus, atau bahkan peranan kita sebagai saksi Tuhan di dunia. Kesetiaan ini diuji saat kita dihadapkan pada pilihan antara mengikuti jalan Tuhan atau mengikuti arus dunia yang menawarkan kepuasan sesaat namun menyesatkan.

Lebih lanjut, ayat ini menyebutkan bahwa merekalah "yang boleh mendekat kepada-Ku untuk melayani Aku, dan merekalah yang boleh berdiri di hadapan-Ku untuk mempersembahkan korban". Dekat kepada Tuhan dan melayani Dia adalah hak istimewa yang diberikan kepada mereka yang hidup dalam kesetiaan dan kekudusan. "Persembahan korban" dalam konteks Perjanjian Baru bukanlah lagi korban hewani, melainkan pengorbanan diri kita yang hidup, hati yang hancur dan remuk, serta hidup yang kudus sebagai persembahan yang berkenan bagi Tuhan (Roma 12:1). Yehezkiel 44:15 mengingatkan kita bahwa pelayanan yang tulus dan dipersembahkan dengan hati yang setia, meskipun di tengah kesulitan, akan selalu dihargai oleh Tuhan dan membuka pintu untuk kedekatan yang lebih dalam dengan-Nya. Ini adalah janji bagi setiap pelayan yang tekun dan setia.