Ayat Yehezkiel 45:18 ini merupakan bagian dari gambaran kenabian Yehezkiel mengenai bait Allah yang akan datang dan ibadah yang akan dilakukan di dalamnya. Ayat ini secara spesifik menyoroti pentingnya pemurnian dan persiapan sebelum ibadah yang kudus dapat dilaksanakan. Fokusnya adalah pada persembahan yang tulus dan tindakan pembersihan ritual yang menjadi fondasi utama dalam mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tuhan menetapkan bahwa pada permulaan bulan pertama, pada hari yang pertama, sebuah persembahan khusus harus dipersembahkan. Persembahan ini adalah seekor lembu jantan muda yang tidak bercacat cela. Pemilihan hewan yang "bersih" ini bukanlah tanpa alasan. Dalam tradisi Israel kuno, persembahan yang terbaik dan tanpa cacat melambangkan kesempurnaan dan kekudusan Tuhan sendiri. Lembu jantan muda, yang merupakan hewan yang kuat dan berharga, menunjukkan penghargaan yang tinggi terhadap Tuhan dan keseriusan dalam ibadah.
Lebih dari sekadar persembahan hewan, fokus utama ayat ini adalah pada tujuan dari persembahan tersebut: "memurnikan tempat kudus itu." Ini menunjukkan bahwa tempat ibadah, yang merupakan hadirat Tuhan, harus dijaga kesuciannya. Pemurnian ini bisa diartikan dalam beberapa tingkatan. Secara ritual, ini berarti membersihkan setiap kotoran fisik atau ketidakmurnian yang mungkin ada. Namun, secara spiritual, ini berbicara tentang pembersihan dari dosa. Dosa adalah sesuatu yang memisahkan manusia dari Tuhan dan mencemari kekudusan-Nya. Oleh karena itu, sebelum ibadah dapat berlangsung dengan benar, tempat kudus harus terlebih dahulu dibersihkan dari segala bentuk kenajisan dosa, baik yang dilakukan oleh individu maupun oleh komunitas.
Perintah ini juga menekankan pentingnya waktu yang tepat. "Pada bulan yang pertama, pada tanggal satu bulan itu" menunjukkan bahwa ada ketetapan dan keteraturan dalam ibadah kepada Tuhan. Ini bukan tindakan sporadis atau berdasarkan keinginan semata, melainkan sebuah sistem yang dirancang untuk menjaga hubungan yang harmonis dengan Sang Pencipta. Awal bulan seringkali diasosiasikan dengan permulaan yang baru, kesempatan untuk memulai kembali, dan mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan.
Konsep pemurnian dalam Yehezkiel 45:18 mengingatkan kita bahwa ibadah yang sejati tidak hanya melibatkan ritual luar, tetapi juga hati yang bersih dan niat yang murni. Kehadiran Tuhan adalah kekudusan yang mutlak, dan untuk dapat bersekutu dengan-Nya, kita pun harus berusaha hidup dalam kekudusan. Persembahan lembu jantan muda ini dapat dilihat sebagai bayangan dari korban Kristus di kayu salib, yang melalui kematian-Nya yang sempurna, telah memurnikan umat-Nya dari dosa dan membuka jalan bagi kita untuk dapat menghadap Tuhan dengan keyakinan dan keberanian.
Simbolisme pemurnian dan persembahan di hadirat Tuhan.
Oleh karena itu, Yehezkiel 45:18 mengajarkan kita dua prinsip penting dalam beribadah: kekudusan dan kerendahan hati. Kita harus menyadari bahwa Tuhan itu kudus dan membutuhkan kekudusan dari kita. Namun, kita juga tidak boleh berkecil hati oleh ketidakmampuan kita sendiri untuk mencapai kekudusan itu. Melalui korban Kristus dan bimbingan Roh Kudus, kita dapat terus menerus dibersihkan dan diperbaharui, sehingga dapat mempersembahkan ibadah yang berkenan kepada Tuhan, hari demi hari.
Ayat ini juga menginspirasi kita untuk melihat ibadah bukan sebagai kewajiban semata, melainkan sebagai sebuah kehormatan. Menjadi bagian dari umat Tuhan yang dapat mendekat dan menyembah-Nya adalah anugerah yang luar biasa. Persiapan diri, baik secara fisik maupun rohani, adalah cara kita menghargai anugerah ini dan menunjukkan rasa hormat kita kepada Tuhan. Mari kita senantiasa merindukan hati yang murni dan membawa persembahan yang tulus di hadapan Mezbah Tuhan.