Yehezkiel 45 22

"Pada hari raya itu, baik raja maupun seluruh rakyat negeri harus mempersembahkan seekor lembu jantan muda untuk korban bakaran bagi TUHAN."

Firman Tuhan yang tertulis dalam Kitab Yehezkiel, khususnya pada pasal 45 ayat 22, membawa kita pada gambaran yang mendalam mengenai ibadah dan ritual yang telah ditetapkan untuk umat Tuhan. Ayat ini, meskipun singkat, sarat akan makna teologis yang menggarisbawahi pentingnya pengorbanan sebagai jembatan menuju pendamaian dan penerimaan di hadapan Sang Pencipta. Pengkhususan pengorbanan lembu jantan muda pada hari raya tertentu menunjukkan sebuah penekanan pada kesempurnaan dan kemurnian yang dipersembahkan kepada Tuhan.

Dalam konteks Perjanjian Lama, lembu jantan muda sering kali diasosiasikan dengan kekuatan, kesuburan, dan status. Mempersembahkannya sebagai korban bakaran berarti memberikan yang terbaik dari apa yang dimiliki, sebagai ungkapan kerendahan hati dan ketaatan total kepada kehendak ilahi. Tindakan ini bukan sekadar ritual semata, melainkan sebuah simbolisasi dari penyerahan diri sepenuhnya, pengakuan atas kedaulatan Tuhan, dan permohonan pengampunan atas segala ketidaksempurnaan manusia.

Ayat ini juga menyebutkan bahwa baik raja maupun seluruh rakyat negeri wajib turut serta dalam persembahan ini. Hal ini menegaskan bahwa di hadapan Tuhan, tidak ada perbedaan status sosial yang berarti. Raja, sebagai pemimpin umat, memimpin dalam ibadah dan menjadi teladan bagi rakyatnya. Begitu pula, setiap individu, tanpa terkecuali, memiliki tanggung jawab untuk mengambil bagian dalam upaya mendekatkan diri kepada Tuhan. Semangat kebersamaan dalam ibadah ini menciptakan ikatan spiritual yang kuat di antara umat Tuhan, memupuk rasa persatuan dalam kesaksian iman mereka.

Simbol keagungan dan ketaatan

Makna Yehezkiel 45:22 tidak berhenti pada ibadah pada masa itu saja. Jika kita melihatnya melalui lensa Perjanjian Baru, pengorbanan lembu jantan muda ini dapat dipahami sebagai bayangan dari pengorbanan Kristus yang sempurna di kayu salib. Yesus Kristus, Sang Anak Domba Allah yang tak bercacat, telah mengorbankan diri-Nya sekali untuk selamanya, mendamaikan manusia dengan Allah dan menghapuskan kebutuhan akan korban-korban ritual berulang. Pengorbanan-Nya adalah puncak dari segala pengorbanan, memberikan pengampunan yang kekal dan akses langsung kepada hadirat Tuhan bagi siapa saja yang percaya.

Memahami Yehezkiel 45:22 mengajak kita untuk merefleksikan arti penting pengorbanan dalam kehidupan spiritual. Dalam kehidupan Kristen modern, pengorbanan itu termanifestasi dalam berbagai bentuk: menyangkal diri demi melayani sesama, memberikan waktu dan harta untuk pekerjaan Tuhan, dan hidup kudus sebagai respons atas kasih karunia yang telah diterima. Setiap tindakan kasih dan ketaatan yang tulus adalah bentuk ibadah yang menyenangkan Tuhan, sebuah persembahan yang terus-menerus mengalir dari hati yang telah ditebus. Dengan demikian, ayat ini terus relevan, menantang kita untuk hidup dalam kesadaran akan anugerah besar yang telah dianugerahkan dan membalasnya dengan segenap hati.