Inilah ukuran-ukuran kota itu: dari sisi utara empat ribu lima ratus hasta, dari sisi selatan empat ribu lima ratus hasta, dari sisi timur empat ribu lima ratus hasta, dan dari sisi barat empat ribu lima ratus hasta.
Kitab Yehezkiel, pasal 48, mengakhiri penglihatan kenabiannya dengan gambaran yang menakjubkan mengenai Yerusalem baru dan tata letak Bait Suci yang diperbarui. Ayat 30 dari pasal ini memberikan dimensi yang sangat spesifik mengenai ukuran dan pembagian kota ini. Ini bukan sekadar deskripsi arsitektur, melainkan simbolisme yang mendalam tentang kesempurnaan, keteraturan, dan kehadiran Allah yang memancar dalam umat-Nya. Ayat ini menyebutkan ukuran kota dari keempat penjuru: utara, selatan, timur, dan barat, semuanya memiliki dimensi empat ribu lima ratus hasta. Ukuran yang sama dari semua sisi ini mengisyaratkan keseimbangan, kelengkapan, dan kesempurnaan yang tidak dapat dicapai oleh perancangan manusia.
Dalam konteks teologis, angka empat ribu lima ratus hasta dapat dilihat sebagai representasi dari cakupan ilahi. Empat penjuru dunia menunjukkan bahwa rencana Allah dan keberadaan kota-Nya memiliki jangkauan universal, melampaui batas-batas geografis atau etnis. Kesamaan ukuran ini juga menekankan keseragaman dan keadilan ilahi yang akan berlaku di sana. Tidak ada bagian yang lebih besar atau lebih kecil dari yang lain; semuanya adalah bagian dari satu kesatuan yang utuh dan harmonis, mencerminkan sifat Allah yang sempurna dan adil.
Bagian selanjutnya dari pasal 48, ayat 31-35, merinci nama-nama dua belas gerbang kota ini. Setiap gerbang diberi nama dari salah satu suku Israel. Ini adalah aspek yang sangat penting yang memberikan makna lebih dalam pada ayat 30. Keempat sisi kota, dengan ukuran yang sama, menampung total dua belas gerbang. Setiap sisi memiliki tiga gerbang, sehingga totalnya menjadi dua belas gerbang yang indah dan megah. Nama-nama suku Israel yang terukir pada gerbang-gerbang ini menegaskan kembali identitas umat Allah dan bagaimana mereka masuk serta hidup di dalam kota yang kudus ini.
Penting untuk dicatat bahwa di setiap sisi kota terdapat tiga gerbang. Ini menyiratkan bahwa akses ke dalam kota Allah selalu terbuka dan siap menyambut umat-Nya. Nama-nama suku yang menjadi penanda gerbang juga menunjukkan bahwa dalam rancangan Allah, setiap umat-Nya memiliki tempat dan peran yang unik. Ini adalah gambaran masyarakat yang terorganisir, di mana identitas individu dan kolektif dihormati dalam kesatuan yang lebih besar. Keberadaan gerbang-gerbang ini memperkuat gagasan bahwa kota ini adalah tempat di mana Allah berdiam bersama umat-Nya, dan di mana umat-Nya dapat mengakses hadirat-Nya dengan bebas dan penuh sukacita.
Gagasan tentang "Kota Damai" yang diimplikasikan oleh Yehezkiel 48:30 dan ayat-ayat sekitarnya, mencapai kepenuhannya dalam Kristus. Kota ini mewakili Kerajaan Allah yang akan datang, di mana keadilan, kedamaian, dan kesempurnaan ilahi akan berkuasa sepenuhnya. Penggambaran dimensi yang presisi dan tata letak yang teratur dari Yerusalem baru ini bukan hanya visi arsitektural, tetapi juga janji dan harapan bagi umat Allah – sebuah tempat di mana semua orang akan menemukan keselamatan, keteraturan, dan persekutuan abadi dengan Pencipta mereka. Keseluruhan deskripsi ini berfungsi sebagai pengingat akan kesetiaan Allah dalam memenuhi janji-Nya untuk memulihkan dan mendirikan tempat kediaman-Nya yang kekal bersama umat-Nya.