Yehezkiel 6:1: Nubuat Melawan Gunung-gunung Israel

"Tuhan datang kepadaku, firman-Nya: 'Anak manusia, arahkanlah mukamu ke arah gunung-gunung Israel dan bernubuatlah melawan mereka.'"

Ayat pembuka dalam pasal keenam Kitab Yehezkiel ini menghadirkan sebuah pesan ilahi yang kuat dan mendalam. Tuhan mengutus nabi-Nya, Yehezkiel, untuk menyampaikan firman-Nya, bukan kepada individu semata, atau bahkan kepada kota-kota, melainkan secara spesifik diarahkan kepada "gunung-gunung Israel". Penekanan pada gunung-gunung ini bukanlah kebetulan, melainkan memiliki makna simbolis dan teologis yang signifikan dalam konteks Israel kuno. Gunung-gunung sering kali diasosiasikan dengan tempat-tempat ibadah, tempat persembahan korban, dan pusat-pusat spiritual bagi bangsa Israel. Namun, dalam konteks yang dijelaskan dalam Yehezkiel, gunung-gunung ini menjadi sasaran nubuat penghakiman.

Mengapa gunung-gunung? Gunung-gunung Israel, seperti Sion dan Moria di Yerusalem, serta tempat-tempat tinggi lainnya yang tersebar di seluruh wilayah, telah lama menjadi pusat aktivitas keagamaan. Bangsa Israel, meskipun diperintahkan oleh Tuhan untuk beribadah di tempat yang telah Dia tentukan, sering kali tergoda untuk mengikuti praktik penyembahan berhala bangsa-bangsa sekitarnya. Mereka membangun mezbah-mezbah di tempat-tempat tinggi dan melakukan ritual yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Gunung-gunung ini, oleh karena itu, menjadi saksi bisu dari ketidaksetiaan dan pemberontakan umat Tuhan.

Gunung Penghakiman

Ilustrasi simbolis gunung yang mendapat nubuat ilahi.

Perintah Tuhan kepada Yehezkiel untuk "mengarahkankan mukamu" menunjukkan ketegasan dan fokus dalam penyampaian pesan. Ini bukan sekadar kata-kata, melainkan sebuah tindakan kenabian yang penuh makna. Yehezkiel harus mengidentifikasi dirinya dengan sasaran nubuat tersebut, seolah-olah dia sendiri yang berdiri di hadapan gunung-gunung itu, menyampaikan murka Tuhan. Nubuat melawan gunung-gunung ini menyiratkan bahwa Tuhan akan menghancurkan tempat-tempat yang telah disalahgunakan untuk ibadah berhala. Penghakiman ini tidak hanya bersifat spiritual, tetapi juga akan termanifestasi secara fisik.

Konteks sejarah di balik ayat ini sangat penting. Bangsa Israel telah jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala, sebuah pelanggaran serius terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan. Sebagai akibatnya, Tuhan telah mengizinkan kehancuran dan pembuangan bangsa tersebut. Yehezkiel diutus pada masa yang penuh kesengsaraan, ketika Yerusalem dikepung dan akhirnya jatuh. Nubuat ini adalah bagian dari serangkaian peringatan dan penghakiman yang Tuhan berikan kepada umat-Nya yang membangkang.

Lebih dari sekadar penghakiman, firman Tuhan dalam Yehezkiel 6:1 juga mengingatkan kita tentang kesucian Tuhan dan keteguhan-Nya dalam menegakkan keadilan. Dia tidak akan mentolerir ibadah yang salah dan ketidaksetiaan. Gunung-gunung yang pernah menjadi saksi ibadah kepada Tuhan kini akan menjadi saksi penghakiman-Nya atas dosa. Pesan ini berlaku sebagai peringatan abadi bagi setiap zaman, mengingatkan kita untuk menjaga kemurnian hati dan kesetiaan kita kepada Tuhan, serta untuk menjauhi segala bentuk penyembahan berhala, baik yang terang-terangan maupun yang terselubung dalam kehidupan modern.