"Lalu Yusuf memasang keretanya dan pergi ke Gosyen untuk menjemput Israel, ayahnya, beserta seluruh keluarganya. Mereka terdiri dari tujuh puluh lima jiwa."
Ayat dari Kitab Kejadian pasal 46 ayat 29 ini menggambarkan salah satu momen paling mengharukan dan penuh sukacita dalam kisah keluarga Yakub. Setelah bertahun-tahun terpisah, Yusuf, yang dulu dijual sebagai budak dan kemudian bangkit menjadi penguasa di Mesir, akhirnya dapat bersatu kembali dengan ayahnya tercinta, Israel (Yakub), serta seluruh keluarganya.
Perpisahan yang panjang dan penuh penderitaan antara Yusuf dan keluarganya telah menggoreskan luka mendalam. Yakub mengira Yusuf telah tewas dimakan binatang buas, sementara Yusuf mengalami penindasan, kesendirian, dan cobaan berat di negeri asing. Namun, rencana Allah jauh lebih besar dari sekadar kesedihan. Melalui serangkaian peristiwa yang luar biasa, Yusuf diangkat menjadi orang nomor dua di Mesir, sebuah posisi yang kelak menyelamatkan seluruh keluarganya dari bencana kelaparan yang melanda tanah Kanaan.
Ketika berita tentang Yusuf yang masih hidup dan menjadi penguasa tersebar ke Kanaan, Yakub merasa seperti mimpi. Dengan dorongan dari Allah, ia bersama seluruh keturunannya memutuskan untuk pergi ke Mesir. Perjalanan ini adalah perjalanan iman, meninggalkan tanah leluhur yang telah lama mereka diami, demi keselamatan dan masa depan yang dijanjikan.
Visualisasi sederhana pertemuan keluarga
Ayat ini tidak hanya mencatat sebuah peristiwa historis, tetapi juga mengandung makna spiritual yang mendalam. Ia mengingatkan kita bahwa Allah berdaulat atas segala sesuatu, bahkan dalam tragedi tergelap sekalipun. Ia dapat memulihkan yang hilang, mendamaikan yang terpisah, dan mengubah penderitaan menjadi sukacita. Perjumpaan di Gosyen ini adalah gambaran betapa berharganya rekonsiliasi dan pemulihan hubungan dalam keluarga.
Yusuf, dengan keretanya yang megah, menjemput ayahnya dan keluarganya. Ini menunjukkan penghormatan dan kasihnya yang mendalam. Momen ini pasti dipenuhi dengan air mata kebahagiaan, ungkapan syukur, dan cerita-cerita yang tak terucapkan. Tujuh puluh lima jiwa, yang tadinya tersebar dan terpisah, kini kembali berkumpul di bawah perlindungan Allah dan kasih seorang anak kepada ayahnya.
Kisah ini mengajarkan kita tentang kesetiaan Allah terhadap janji-Nya. Meskipun perjalanan hidup penuh lika-liku, Allah selalu bekerja untuk kebaikan umat-Nya. Kejadian 46:29 menjadi saksi bisu dari pemulihan yang ajaib, sebuah perayaan atas kasih keluarga yang tak lekang oleh waktu dan jarak.