Kitab Yehezkiel dalam Perjanjian Lama sering kali dipenuhi dengan pesan-pesan nubuat yang tegas, banyak di antaranya berisi peringatan keras terhadap umat Israel yang telah menyimpang dari jalan Tuhan. Ayat 6:12 ini merupakan bagian dari serangkaian nubuat yang disampaikan oleh Nabi Yehezkiel, menggambarkan datangnya hukuman ilahi yang tidak terhindarkan bagi mereka yang terus menerus menolak untuk bertobat dan berpegang pada kesesatan.
Frasa "Siapa yang jauh akan mati oleh penyakit sampar, siapa yang dekat akan rebah oleh pedang" menunjukkan cakupan kehancuran yang luas. Baik mereka yang berada di kejauhan dari pusat kekuasaan mereka, maupun mereka yang berada di dekatnya, tidak akan luput dari murka Allah. Penyakit sampar (wabah) sering kali menjadi simbol kehancuran yang datang secara diam-diam namun mematikan, sementara pedang melambangkan kekerasan dan serangan langsung dari musuh. Kedua ancaman ini saling melengkapi, menegaskan bahwa malapetaka akan datang dari berbagai arah dan dalam berbagai bentuk.
Lebih lanjut, firman Tuhan dalam Yehezkiel 6:12 menekankan kepastian kehancuran dengan menyatakan, "Siapa yang tertinggal dan tersisa akan mati oleh penyakit sampar." Ini berarti tidak ada celah atau cara untuk melarikan diri dari penghakiman yang akan datang. Bahkan mereka yang selamat dari serangan awal, yang dianggap "tersisa," pada akhirnya akan tunduk pada nasib yang sama. Pernyataan penutup, "Demikianlah Aku akan membinasakan mereka," adalah pengumuman yang final dan tak terbantahkan dari sisi Allah. Ini bukan sekadar peringatan, melainkan deklarasi kehendak ilahi untuk menyingkirkan kejahatan dan ketidaktaatan dari umat-Nya sebagai konsekuensi dari pilihan mereka sendiri.
Penting untuk memahami konteks historis di balik ayat ini. Israel pada masa itu telah jatuh ke dalam penyembahan berhala dan berbagai bentuk kebejatan moral. Mereka telah melupakan perjanjian mereka dengan Allah dan beralih kepada dewa-dewa asing, mengabaikan hukum-hukum-Nya. Yehezkiel, sebagai nabi pada masa pembuangan di Babel, diberi tugas untuk menyampaikan firman Allah yang menghakimi dosa-dosa mereka dan mengingatkan mereka akan konsekuensinya.
Meskipun ayat ini terdengar keras dan menakutkan, di balik hukuman tersebut terdapat panggilan tersirat kepada pertobatan. Allah tidak senang melihat kebinasaan umat-Nya, tetapi kesetiaan-Nya menuntut keadilan atas dosa. Pesan ini menjadi pengingat yang kuat tentang pentingnya kesetiaan kepada Allah dan bahaya besar dari penyembahan berhala modern yang bisa mengambil berbagai bentuk, mulai dari materialisme, keserakahan, hingga penyalahgunaan kekuasaan. Pengabaian terhadap prinsip-prinsip ilahi, sekecil apa pun, pada akhirnya dapat mengarah pada kehancuran yang lebih besar.
Dalam kehidupan modern, ayat Yehezkiel 6:12 dapat menjadi cermin bagi kita untuk merefleksikan prioritas spiritual kita. Apakah kita telah menempatkan hal-hal duniawi di atas hubungan kita dengan Pencipta? Apakah kita telah mengabaikan panggilan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya? Peringatan tentang "penyakit sampar" dan "pedang" bisa diinterpretasikan secara rohani sebagai konsekuensi dari menjauh dari Allah, seperti perasaan hampa, kekacauan batin, dan hilangnya arah hidup. Sebaliknya, ketaatan dan kesetiaan akan membawa berkat dan kedamaian sejati.