Yehezkiel 7:23

"Bangunlah kota-kota terkutuk, sebab mereka adalah rumah kejahatan; dan biarlah mereka dihancurkan serta diturunkan."
Keadilan Kebenaran

Ayat Yehezkiel 7:23 memberikan gambaran yang kuat tentang konsekuensi dari kejahatan dan ketidaktaatan. Dalam konteks nubuat Yehezkiel, ayat ini merujuk pada penghakiman ilahi yang akan menimpa Yerusalem dan umat Israel karena dosa-dosa mereka. Kata "terkutuk" di sini bukanlah sekadar ucapan, melainkan penegasan bahwa tempat-tempat tersebut telah terkontaminasi oleh perbuatan jahat, sehingga mereka tidak layak lagi untuk dihuni atau dipertahankan.

Perintah untuk "membangun kota-kota terkutuk" mungkin terdengar paradoks. Namun, ini lebih mengacu pada penegasan bahwa tempat-tempat yang seharusnya menjadi pusat kehidupan dan ketertiban justru telah menjadi sarang kejahatan. Akibatnya, mereka harus mengalami kehancuran dan penurunan. Ini adalah pengingat bahwa segala sesuatu yang dibangun di atas fondasi yang salah, yang mengabaikan prinsip-prinsip kebenaran dan keadilan ilahi, pada akhirnya akan runtuh.

Penghakiman yang digambarkan dalam Yehezkiel 7:23 bukanlah tindakan sewenang-wenang, melainkan respons Tuhan terhadap dosa yang terus-menerus. Umat Israel telah berulang kali berpaling dari Tuhan, menyembah berhala, melakukan ketidakadilan, dan mengabaikan hukum-Nya. Yehezkiel diperintahkan untuk menyampaikan firman Tuhan yang tegas, bahwa konsekuensi dari tindakan-tindakan ini tidak dapat dihindari. Kehancuran kota, penjarahan, dan pembuangan adalah manifestasi nyata dari keadilan Tuhan yang menyeluruh.

Lebih dari sekadar peristiwa sejarah, ayat ini membawa pesan universal. Ia mengingatkan kita bahwa kejahatan memiliki konsekuensinya sendiri. Baik dalam skala individu, komunitas, maupun bangsa, ketika prinsip-prinsip moral dan spiritual diabaikan, akan muncul keruntuhan. "Rumah kejahatan" akan selalu mengarah pada kehancuran. Tuhan dalam kemahatahuan-Nya melihat setiap perbuatan, dan keadilan-Nya pada akhirnya akan ditegakkan.

Penting untuk memahami bahwa penghakiman Tuhan, meskipun seringkali terlihat keras, pada dasarnya adalah upaya untuk mengembalikan tatanan dan memurnikan. Dengan menghancurkan apa yang telah rusak oleh dosa, ada harapan untuk pemulihan dan pembangunan kembali di masa depan, berdasarkan dasar yang benar. Ayat ini mendorong refleksi diri, mendorong kita untuk memastikan bahwa kehidupan kita dan tatanan masyarakat kita dibangun di atas fondasi yang kokoh, yaitu kebenaran, keadilan, dan ketaatan kepada Tuhan. Kehancuran yang dinubuatkan adalah peringatan keras, namun juga merupakan bagian dari rencana Tuhan untuk akhirnya membawa umat-Nya kembali kepada-Nya.