Yehezkiel 7:25

"Maka kekejaman akan datang, dan orang akan mencari kedamaian, tetapi tidak ada kedamaian."

Simbol kekacauan dan kesepian

Simbol visual yang menggambarkan elemen kekacauan dan pencarian tanpa hasil.

Ayat Yehezkiel 7:25 merupakan sebuah nubuat yang menegaskan datangnya malapetaka besar bagi umat Israel. Dalam konteks sejarah, ayat ini merujuk pada kehancuran Yerusalem dan pengusiran bangsa Yahudi oleh Babilonia. Namun, makna spiritualnya melampaui peristiwa historis semata, menawarkan pelajaran abadi tentang konsekuensi dari ketidaktaatan dan penolakan terhadap peringatan ilahi.

Firman Tuhan, melalui nabi Yehezkiel, dengan jelas menyatakan bahwa "kekejaman akan datang." Frasa ini menggambarkan sebuah masa yang penuh dengan kekerasan, penderitaan, dan ketidakpastian. Kekejaman tersebut bukan hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup kehancuran tatanan sosial, spiritual, dan emosional. Masyarakat yang dulunya memiliki struktur dan harapan, kini akan dilanda kebingungan dan ketakutan.

Inti dari firman ini terletak pada kalimat kedua yang sangat tragis: "dan orang akan mencari kedamaian, tetapi tidak ada kedamaian." Penggambaran ini sangat kuat. Di tengah kekacauan yang melanda, manusia akan berusaha keras untuk menemukan kembali rasa aman, ketenangan, dan keharmonisan. Mereka akan merindukan hari-hari sebelum malapetaka terjadi, ketika kehidupan terasa lebih stabil dan penuh harapan. Namun, pencarian itu akan sia-sia.

Ketidakadaan kedamaian ini bukanlah sekadar akibat dari situasi eksternal yang buruk, melainkan sebuah konsekuensi logis dari penolakan terhadap kehendak Tuhan. Umat Israel telah berulang kali diperingatkan, diberikan kesempatan untuk bertobat, namun mereka terus menerus menyimpang dari jalan Tuhan, menyembah berhala, dan berlaku tidak adil. Akibatnya, murka ilahi tidak dapat dihindari, dan berkat kedamaian yang dijanjikan Tuhan hanya dapat dinikmati oleh mereka yang setia.

Dalam konteks modern, ayat ini tetap relevan. Banyak orang di dunia saat ini hidup dalam ketidakpastian, kekacauan, dan konflik. Di tengah kondisi seperti itu, manusia secara naluriah mendambakan kedamaian. Namun, seringkali kedamaian yang dicari hanya bersifat superfisial, terfokus pada kenyamanan materi atau stabilitas politik semata. Ayat Yehezkiel 7:25 mengingatkan kita bahwa kedamaian sejati tidak dapat ditemukan jika hati kita terpisah dari Sumber kedamaian itu sendiri, yaitu Tuhan.

Pencarian kedamaian tanpa mengakui dan kembali kepada prinsip-prinsip ilahi adalah usaha yang sia-sia. Kekacauan yang kita alami, baik secara pribadi maupun kolektif, seringkali merupakan cerminan dari keterputusan hubungan kita dengan Sang Pencipta. Ayat ini menjadi panggilan untuk introspeksi, untuk merenungkan kembali jalan hidup kita, dan untuk berupaya keras mencari kedamaian yang sejati—kedamaian yang bersumber dari penyerahan diri kepada Tuhan, ketaatan pada firman-Nya, dan hidup dalam kebenaran-Nya.