Yehezkiel 8:5 - Berhala di Pintu Gerbang

"Lalu firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, angkatlah pandanganmu ke arah utara." Maka kuangkatlah pandanganku ke arah utara, dan lihatlah, di sebelah utara gerbang mezbah itu, di pintu masuk, ada berhala kecemburuan itu."
Ikon Simbol Peringatan

Kitab Yehezkiel membawa pesan kenabian yang kuat, seringkali berisi penglihatan simbolis yang menggambarkan kondisi rohani umat Allah. Salah satu penglihatan yang paling mengejutkan dan menggugah adalah yang dicatat dalam pasal 8, di mana Nabi Yehezkiel dibawa dalam penglihatan ke Bait Allah di Yerusalem. Visi ini bukanlah gambaran kemegahan dan kesucian, melainkan manifestasi dari dosa dan penyimpangan yang telah merusak hubungan umat dengan Tuhan.

Ayat Yehezkiel 8:5 secara spesifik menggambarkan titik awal dari penglihatan yang lebih luas ini. Perintah untuk mengangkat pandangan ke arah utara, sebuah arah yang sering dikaitkan dengan lokasi kuil-kuil penyembahan dewa-dewa asing di zaman itu, mengarahkan perhatian Yehezkiel pada sesuatu yang sangat mengganggu. Di sana, tepat di pintu masuk gerbang mezbah, berdiri sebuah "berhala kecemburuan". Istilah ini sendiri sudah cukup untuk membangkitkan rasa ngeri. Berhala ini melambangkan sesuatu yang membuat Allah menjadi cemburu, sebuah objek penyembahan yang secara langsung menantang kesetiaan umat kepada Tuhan semata.

Keberadaan berhala di lokasi yang begitu sentral dan sakral di Bait Allah menunjukkan betapa dalamnya penyimpangan spiritual yang terjadi. Mezbah adalah tempat di mana korban dipersembahkan kepada Tuhan, tempat umat seharusnya bersekutu dengan-Nya. Namun, di ambang pintu mezbah, berdiri simbol pengkhianatan terhadap perjanjian mereka. Ini bukan sekadar kesalahan kecil atau ketidaksempurnaan, melainkan pemberontakan yang terang-terangan, sebuah tindakan yang mendatangkan murka ilahi.

Penglihatan ini bukan hanya sebuah catatan sejarah tentang dosa masa lalu. Pesan yang terkandung di dalamnya bersifat universal dan abadi. "Berhala kecemburuan" dapat mengambil banyak bentuk dalam kehidupan modern. Ini bisa berupa harta benda yang lebih diprioritaskan daripada hubungan dengan Tuhan, ambisi duniawi yang mengalahkan nilai-nilai spiritual, atau bahkan kenyamanan pribadi yang dijadikan dewa. Kapan pun sesuatu di dalam hati kita mengambil tempat yang seharusnya hanya untuk Allah, kita sedang membangun "berhala kecemburuan" kita sendiri.

Yehezkiel 8:5 berfungsi sebagai pengingat yang tajam akan pentingnya kemurnian hati dan kesetiaan total kepada Tuhan. Allah menuntut kesetiaan eksklusif. Dia tidak berbagi takhta hati-Nya dengan ilah-ilah lain. Penglihatan Yehezkiel ini seharusnya mendorong kita untuk memeriksa diri kita sendiri secara jujur: apakah ada "berhala kecemburuan" yang telah masuk ke dalam gerbang hati kita, mengalihkan kesetiaan kita dari Sumber kehidupan sejati? Merenungkan ayat ini mengundang kita untuk memurnikan kembali altar hati kita, memastikan bahwa hanya Allah yang disembah di sana.