Yeremia 10:2 - Dengarlah Firman TUHAN

"Beginilah firman TUHAN: Janganlah kamu mengikuti tingkah langkah bangsa-bangsa, dan janganlah takut kepada tanda-tanda di langit, sebab bangsa-bangsa itu takut kepadanya."
Jangan Takut
Ilustrasi simbol abstrak yang mewakili tanda-tanda langit dan ajakan untuk tidak takut.

Ayat Yeremia 10:2 merupakan seruan penting dari Nabi Yeremia kepada umat Israel. Dalam konteks sejarahnya, bangsa Israel seringkali tergoda untuk meniru kebiasaan dan praktik bangsa-bangsa lain di sekitar mereka. Praktik-praktik ini seringkali bercampur dengan penyembahan berhala dan kepercayaan takhayul yang bertentangan dengan ajaran Tuhan yang benar.

Pesan utama yang disampaikan melalui ayat ini adalah sebuah peringatan tegas untuk tidak mengikuti "tingkah langkah bangsa-bangsa". Ini bukan sekadar larangan mengikuti adat istiadat yang berbeda, melainkan larangan untuk mengadopsi cara berpikir, keyakinan, dan tindakan yang menyimpang dari firman Tuhan. Bangsa-bangsa lain pada masa itu seringkali mengandalkan kekuatan duniawi, ramalan, sihir, atau penyembahan terhadap berhala untuk mencari perlindungan dan panduan. Mereka mungkin menggunakan berbagai ritual dan kepercayaan untuk mencoba mengendalikan nasib atau menafsirkan peristiwa alam.

Bagian kedua dari ayat ini, "dan janganlah takut kepada tanda-tanda di langit, sebab bangsa-bangsa itu takut kepadanya," memperjelas akar dari praktik yang dilarang tersebut. "Tanda-tanda di langit" bisa merujuk pada fenomena alam yang luar biasa, pergerakan bintang, atau peristiwa langit lainnya yang oleh bangsa-bangsa lain ditafsirkan sebagai pertanda atau pesan dari dewa-dewa mereka. Ketakutan terhadap hal-hal ini mendorong mereka untuk mencari perlindungan melalui praktik-praktik yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Nabi Yeremia menekankan bahwa umat Tuhan seharusnya tidak memiliki ketakutan yang sama. Ketakutan ini muncul dari ketidakpercayaan pada kedaulatan dan kuasa Tuhan. Ketika seseorang takut pada tanda-tanda langit atau mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa, itu menunjukkan bahwa fokus mereka tidak lagi tertuju pada Allah yang Mahakuasa, Sang Pencipta langit dan bumi. Sebaliknya, mereka mengalihkan kepercayaan mereka kepada hal-hal yang diciptakan atau fenomena yang tidak memiliki kekuatan sejati atas kehidupan mereka.

Pesan ini tetap relevan hingga kini. Di era modern, kita mungkin tidak secara langsung menyembah patung atau takut pada rasi bintang. Namun, kita dapat tergoda untuk mengikuti "tingkah langkah bangsa-bangsa" dalam bentuk lain: misalnya, mengagungkan pencapaian materi semata, mengutamakan popularitas dan pengakuan duniawi, atau mencari solusi atas masalah hidup melalui cara-cara yang tidak berkenan kepada Tuhan, seperti takhayul modern, ramalan online, atau keputusasaan yang mendalam ketika menghadapi kesulitan. Kita juga bisa "takut kepada tanda-tanda" dalam bentuk ketakutan akan masa depan yang tidak pasti, kekhawatiran berlebihan terhadap apa yang dipikirkan orang lain, atau keyakinan bahwa kekayaan dan kekuatan duniawi adalah satu-satunya sumber keamanan.

Yeremia 10:2 mengingatkan kita untuk kembali kepada sumber kebenaran yang sejati: firman Tuhan. Ketaatan kepada Tuhan dan kepercayaan pada janji-Nya adalah fondasi yang kokoh. Ketika kita menempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita, ketakutan akan hal-hal duniawi atau fenomena yang tidak berkuasa akan memudar. Kita diajak untuk memiliki pandangan yang benar tentang siapa Tuhan itu—Dia yang mengendalikan segalanya—dan membangun hidup kita di atas dasar yang tidak akan goyah, yaitu kebenaran-Nya.