"Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN tentang orang-orang Anatot, yang hendak membunuh engkau dengan berkata: ‘Janganlah menubuatkan demi nama TUHAN, supaya engkau jangan mati oleh tangan kami!’"
Peringatan dari TUHAN
Ayat Yeremia 11:21 menyuguhkan sebuah gambaran dramatis tentang ancaman dan permusuhan yang dihadapi oleh Nabi Yeremia dari kaumnya sendiri di Anatot. Anatot, sebuah kota kecil di wilayah Benyamin, adalah tempat kelahiran Yeremia. Ironisnya, justru dari sanalah datangnya ancaman paling serius terhadap dirinya dan pelayanannya sebagai nabi. Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, melainkan sebuah window ke dalam dinamika iman, ketakutan, dan penolakan yang seringkali menyertai pesan-pesan kenabian.
Para "orang Anatot" yang disebutkan dalam ayat ini jelas merasa terancam oleh nubuat Yeremia. Mereka memerintahkan Yeremia untuk berhenti bernubuat demi nama TUHAN, dengan ancaman langsung bahwa jika ia tidak berhenti, mereka akan mengambil tindakan sendiri untuk mengakhiri hidupnya. Ini menunjukkan betapa kuatnya perlawanan yang dihadapi Yeremia, bahkan dari komunitas yang seharusnya mendukungnya. Pesan kenabian Yeremia seringkali membawa peringatan tentang penghakiman ilahi akibat dosa dan ketidaktaatan umat Israel. Pesan-pesan ini, alih-alih membawa pertobatan, justru menimbulkan kemarahan dan kebencian pada mereka yang merasa nama baik mereka tercemar atau kepentingan mereka terancam.
Perintah untuk "Janganlah menubuatkan demi nama TUHAN" adalah sebuah bentuk penolakan terhadap otoritas ilahi yang diwakili oleh Yeremia. Mereka tidak hanya menolak pesan yang disampaikan, tetapi juga menolak sumber pesan itu sendiri, yaitu TUHAN. Ini adalah pemberontakan yang mendalam terhadap kehendak Allah. Ketakutan mereka, yang diungkapkan dengan ancaman pembunuhan, adalah manifestasi dari ketidakmauan mereka untuk menghadapi kebenaran dan konsekuensinya. Mereka lebih memilih untuk membungkam suara kenabian daripada mengubah jalan hidup mereka.
Ayat ini juga menyoroti sifat kejam dari permusuhan yang dihadapi. Ancaman "mati oleh tangan kami" adalah ancaman fisik yang serius. Yeremia, sang nabi, diposisikan dalam situasi yang sangat rentan, di mana orang-orang terdekatnya menjadi ancaman terbesar. Hal ini dapat menimbulkan rasa kesepian dan isolasi yang mendalam. Namun, di balik ancaman ini, terdapat pernyataan ilahi, "Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN." TUHAN mengetahui apa yang terjadi, TUHAN mendengar ancaman itu, dan TUHAN yang akan bertindak atas nama Yeremia. Ini adalah jaminan perlindungan dan pemeliharaan ilahi bagi hamba-Nya yang setia, meskipun dalam menghadapi bahaya besar.
Sebagai kesimpulan, Yeremia 11:21 adalah pengingat yang kuat tentang harga yang harus dibayar untuk menyampaikan kebenaran ilahi. Pesan-pesan yang mengoreksi dan menantang seringkali disambut dengan penolakan, kemarahan, bahkan kekerasan. Namun, di tengah ancaman tersebut, ada janji perlindungan dan keadilan dari TUHAN. Kisah ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita merespons pesan-pesan kebenaran, apakah kita memilih untuk menolaknya dan membungkamnya, ataukah kita bersedia mendengarkan, bertobat, dan hidup sesuai dengan kehendak-Nya.