"Banyak gembala telah membinasakan kebun anggur-Ku, telah menginjak-injak bagian-Ku, telah membuat bagian-Ku yang indah menjadi padang gurun yang tandus."
Perumpamaan kebun anggur yang telah dirusak
Ayat Yeremia 12:10 adalah ungkapan kepedihan nabi yang menyaksikan kehancuran rohani dan moral umat Allah. Frasa "Banyak gembala telah membinasakan kebun anggur-Ku" merujuk pada para pemimpin rohani—para imam, nabi palsu, dan penguasa—yang seharusnya menjaga dan merawat umat seperti gembala merawat domba atau mengurus kebun anggur. Namun, mereka justru membawa malapetaka. Mereka tidak hanya lalai, tetapi juga aktif merusak, menginjak-injak, dan menghancurkan apa yang seharusnya mereka lindungi.
Kebun anggur dalam konteks Alkitab sering kali melambangkan umat pilihan Allah, Israel, atau kerajaan Allah itu sendiri. Ini adalah tempat yang subur, penuh potensi, dan diberkati. Namun, di sini, kebun itu telah menjadi "padang gurun yang tandus." Gambaran ini sangat kuat; dari tempat yang subur dan penuh kehidupan, kini menjadi tempat yang kering, mati, dan tidak dapat menghasilkan apa-apa. Ini adalah gambaran kehancuran spiritual yang total, di mana berkat Allah telah ditarik karena ketidaksetiaan dan dosa.
Kritik yang dilontarkan dalam ayat ini begitu tajam menyoroti kegagalan kepemimpinan. Para gembala—para pemimpin—adalah orang-orang yang dipercayakan untuk memelihara umat Allah. Mereka seharusnya membimbing, melindungi, dan mengajarkan kebenaran. Sebaliknya, mereka bertindak sebagai perusak. Tindakan mereka "menginjak-injak bagian-Ku" menunjukkan rasa ketidakpedulian dan perlakuan semena-mena terhadap umat yang seharusnya mereka layani. Mereka tidak melihat umat sebagai milik Allah yang berharga, melainkan sebagai objek yang bisa mereka eksploitasi atau abaikan.
Kondisi seperti ini sering kali disebabkan oleh motivasi yang salah. Alih-alih mencari kemuliaan Allah dan kesejahteraan umat, para gembala ini mungkin didorong oleh keserakahan, ambisi pribadi, atau kesombongan. Mereka memanfaatkan posisi mereka untuk keuntungan diri sendiri, mengabaikan tanggung jawab ilahi mereka. Akibatnya, umat Allah mengalami penderitaan, kebingungan, dan keterpisahan dari sumber kehidupan rohani mereka.
Meskipun ayat ini berasal dari konteks sejarah Israel kuno, pesannya tetap relevan hingga kini. Kita perlu terus mengevaluasi kepemimpinan di gereja, masyarakat, dan keluarga. Apakah para pemimpin kita benar-benar bertindak sebagai gembala yang baik, yang memelihara dan melindungi apa yang berharga, atau justru membawa kehancuran? Kebun anggur rohani—komunitas orang percaya—membutuhkan perhatian yang penuh kasih dan kesetiaan. Ketika para pemimpin gagal, seluruh komunitas menderita dan berisiko menjadi tandus, kehilangan vitalitas spiritual dan kesaksiannya kepada dunia. Yeremia 12:10 menjadi pengingat penting akan konsekuensi dari kepemimpinan yang tidak bertanggung jawab dan panggilan untuk pemulihan di bawah bimbingan yang setia.