Siapakah yang seperti TUHAN, Allah kita, yang bersemayam di tempat yang tinggi,
yang merendahkan diri melihat apa yang terjadi di langit dan di bumi?
Ayat Mazmur 113:5 ini adalah sebuah penegasan yang luar biasa tentang keagungan dan keunikan Tuhan Allah kita. Dalam keheningan dan kemegahannya yang tak terjangkau, Tuhan duduk di takhta-Nya yang mahatinggi. Namun, yang membuat-Nya begitu istimewa adalah bahwa Dia tidak hanya berdiam diri dalam kemuliaan-Nya, tetapi juga secara aktif memperhatikan ciptaan-Nya, baik yang ada di langit maupun di bumi. Frasa "merendahkan diri" di sini bukanlah tanda kelemahan, melainkan sebuah gambaran tentang kerelaan-Nya untuk menunduk, untuk melihat, dan untuk peduli pada segala sesuatu yang telah Dia ciptakan.
Di tengah kesibukan dunia yang seringkali membuat kita merasa kecil dan tak terlihat, ayat ini mengingatkan kita bahwa Tuhan melihat. Dia tidak hanya melihat dari kejauhan, tetapi Dia "merendahkan diri" untuk memperhatikan detail-detail kehidupan kita. Ini mencakup seluruh alam semesta yang luas, planet-planet yang berputar, bintang-bintang yang berkelip, hingga tetesan embun di pagi hari dan bisikan hati seorang hamba. Kebesaran-Nya tidak menghalangi perhatian-Nya pada hal-hal yang kecil. Justru, kebesaran-Nya memungkinkan-Nya untuk mengawasi segalanya tanpa kehilangan esensi dari setiap detail.
Pertanyaan retoris "Siapakah yang seperti TUHAN, Allah kita?" mengundang kita untuk merenungkan keunikan dan keutamaan-Nya. Tidak ada ciptaan lain, tidak ada dewa lain, tidak ada kekuatan lain yang memiliki atribut seperti yang dimiliki Tuhan. Kehadiran-Nya yang agung sekaligus penuh kasih sayang, kekuasaan-Nya yang mutlak namun disertai dengan kerendahan hati untuk peduli, adalah sesuatu yang tak tertandingi. Dalam dunia yang seringkali penuh dengan ketidakpastian dan ketidakadilan, kesadaran bahwa Tuhan yang mahakuasa melihat dan peduli adalah sumber penghiburan dan kekuatan yang tak ternilai.
Kita diingatkan bahwa posisi Tuhan yang tinggi tidak membuat-Nya terpisah dari realitas kita. Sebaliknya, posisi tersebut justru memberikan-Nya perspektif yang sempurna untuk memahami segala sesuatu. Dari ketinggian takhta-Nya, Dia memiliki gambaran menyeluruh atas segala peristiwa, rencana, dan perjuangan manusia. Dan dari ketinggian itu pula, Dia "merendahkan diri" untuk campur tangan, memberikan bimbingan, dan menawarkan kasih karunia-Nya kepada mereka yang mencari-Nya.
Oleh karena itu, mari kita renungkan kebenaran ini dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita menghadapi tantangan, merasa kecil, atau meragukan perhatian Tuhan, ingatlah Mazmur 113:5. Tuhan yang duduk di tempat yang tertinggi, yang kekuasaan-Nya tak terbatas, adalah Tuhan yang sama yang merendahkan diri untuk melihat dan peduli pada kita. Dia hadir, Dia melihat, dan Dia terlibat dalam setiap aspek kehidupan kita. Inilah alasan mengapa Dia begitu unik, begitu agung, dan begitu layak untuk kita sembah dan kita percayai sepenuhnya. Kesadaran akan sifat Tuhan ini seharusnya menginspirasi kita untuk hidup dengan iman yang teguh, mengetahui bahwa kita tidak pernah sendirian.