Firman Tuhan dalam Kitab Yeremia pasal 17 ayat 23 merupakan sebuah peringatan keras sekaligus penekanan mendalam tentang pentingnya mendengarkan dan mematuhi ajaran-Nya. Ayat ini menggambarkan sebuah penolakan yang disengaja untuk mendengarkan suara Tuhan, sebuah sikap mengeraskan hati dan menolak bimbingan ilahi. Ini bukan sekadar ketidakpedulian biasa, melainkan sebuah pemberontakan aktif terhadap kebenaran dan hikmat yang ditawarkan oleh Pencipta.
Mengapa Menolak Mendengar Adalah Masalah Besar?
Dalam konteks spiritual, telinga dan hati yang terbuka adalah gerbang bagi pemahaman, pertumbuhan, dan keselamatan. Ketika kita memilih untuk tidak mendengarkan, kita secara efektif mengunci diri dari sumber segala kebaikan dan kebenaran. Tuhan menawarkan firman-Nya bukan untuk menghakimi semata, tetapi untuk membimbing, mengajar, dan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih baik, yang hidup sesuai dengan kehendak-Nya. Penolakan untuk mendengar berarti penolakan terhadap kesempatan untuk diperbaiki, ditegur, dan diarahkan menuju jalan yang benar.
Yeremia terus-menerus menyerukan umat Israel untuk berbalik dari jalan mereka yang sesat. Peringatan ini seringkali datang sebagai respons terhadap keserakahan, ketidakadilan, dan penyembahan berhala yang merajalela. Namun, berulang kali, mereka memilih untuk tetap pada jalur mereka, menolak teguran kenabian yang merupakan suara Tuhan bagi mereka. "Mengeraskan tengkuk" secara harfiah menggambarkan sikap keras kepala yang tidak mau tunduk, mirip seperti binatang yang menarik beban namun melawan arah tarikannya. Ini adalah gambaran kuat dari ketidaktaatan yang mendalam.
Konsekuensi dari Ketidaktaatan
Meskipun ayat 23 ini secara spesifik menyatakan kegagalan mereka untuk mendengar, konteks keseluruhan dari pasal 17 Yeremia membahas konsekuensi dari ketidaktaatan. Mereka yang menolak firman Tuhan akan menghadapi hukuman dan kesusahan. Sebaliknya, mereka yang percaya dan taat kepada-Nya akan diberkati, diibaratkan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang akarnya menjangkau ke sumber air dan tidak takut akan datangnya panas terik. Berkat ini bukan hanya materi, tetapi juga kedamaian, stabilitas, dan hubungan yang teguh dengan Tuhan.
Dalam kehidupan modern, godaan untuk "mengeraskan tengkuk" tetap ada. Kesibukan dunia, suara-suara yang saling bertentangan, dan keinginan pribadi seringkali membuat kita enggan untuk berhenti sejenak, mendengarkan suara hati nurani yang dibimbing Tuhan, atau merenungkan firman-Nya. Menolak untuk diajar berarti kita akan terus membuat kesalahan yang sama, terjebak dalam pola pikir dan perilaku yang merugikan diri sendiri dan orang lain.
Pentingnya Ketaatan yang Tulus
Ayat Yeremia 17:23 adalah pengingat penting bahwa ketaatan yang sejati dimulai dari kesediaan hati untuk mendengarkan. Bukan hanya mendengar kata-kata, tetapi memahami maknanya, merenungkannya, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita membuka telinga dan hati kita kepada Tuhan, kita membuka diri terhadap pemeliharaan-Nya, bimbingan-Nya, dan berkat-berkat-Nya yang melimpah. Marilah kita memilih untuk tidak mengeraskan hati, melainkan menjadi pendengar yang setia dan pelaku firman Tuhan, agar kita dapat menuai buah dari hubungan yang diberkati dengan-Nya.