Ayat Yeremia 18:14 adalah sebuah pertanyaan retoris yang diajukan oleh Nabi Yeremia untuk menegaskan kebenaran dan kesetiaan Tuhan. Dalam konteksnya, Yeremia sedang berbicara tentang kesetiaan umat Israel kepada Tuhan yang sering kali goyah, sementara Tuhan tetap setia kepada mereka.
Pertanyaan pertama, "Atau adakah gunung salju di Libanon yang ditinggalkan untuk batu karangnya?", menggambarkan sesuatu yang seharusnya selalu ada, yaitu salju di puncak gunung Libanon. Keberadaan salju di gunung tersebut adalah sebuah keniscayaan alamiah yang terus menerus hadir dan menjadi ciri khasnya. Sama seperti itu, Tuhan adalah sumber kesetiaan yang tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Sebagaimana gunung Libanon selalu identik dengan saljunya, Tuhan selalu identik dengan kesetiaan-Nya yang abadi.
Pertanyaan kedua, "atau adakah mata air dingin yang mengalir dari tempat yang jauh?", memperkuat gambaran tentang keberadaan yang pasti dan bermanfaat. Mata air dingin yang mengalir dari tempat yang jauh memberikan kesegaran dan kehidupan. Tuhan dibandingkan dengan sumber mata air tersebut, yang senantiasa memberikan berkat dan anugerah bagi umat-Nya, bahkan dari tempat yang terpencil atau tidak terduga. Kesetiaan-Nya tidak pernah berhenti mengalir, memberikan kehidupan dan pemulihan.
Melalui perumpamaan ini, Yeremia ingin mengingatkan umat Tuhan bahwa kesetiaan mereka adalah hal yang luar biasa langka jika dibandingkan dengan kesetiaan Tuhan. Umat manusia cenderung mudah berubah, melupakan janji, dan berpaling dari Tuhan. Namun, Tuhan, Sang Pencipta langit dan bumi, tidak pernah berubah. Kesetiaan-Nya adalah dasar dari segala keberadaan-Nya dan hubungan-Nya dengan ciptaan-Nya.
Ketika umat Israel mulai menyembah berhala dan meninggalkan jalan Tuhan, mereka seolah-olah telah melupakan kesetiaan Tuhan yang tak tergoyahkan, seperti melupakan sumber air kehidupan mereka. Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan betapa berharganya kesetiaan Tuhan. Di tengah ketidakpastian dunia dan kerapuhan hubungan antarmanusia, kesetiaan Tuhan adalah jangkar yang kokoh. Dia tidak pernah meninggalkan mereka yang berseru kepada-Nya.
Dengan menggunakan warna-warna sejuk dan cerah dalam tampilan ini, kami ingin merefleksikan ketenangan dan harapan yang ditawarkan oleh kesetiaan Tuhan. Seperti warna-warna langit biru dan birunya laut yang menenangkan, kesetiaan Tuhan memberikan kedamaian dan kepastian di tengah badai kehidupan. Mari kita pegang teguh kesadaran akan kesetiaan Tuhan ini dan membalasnya dengan kesetiaan kita kepada-Nya.