Simbol penjunan dan tanah liat
Ilustrasi penjunan membentuk tanah liat

Yeremia 18:5

Maka firman TUHAN datang kepadaku: "Dapatkah Aku tidak berbuat seperti penjunan ini terhadapmu, hai kaum Israel? Demikianlah, seperti tanah liat di tangan penjunan, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!"

Allah Sang Penjunan Ulung

Dalam kehidupan yang penuh dengan ketidakpastian dan perubahan, seringkali kita merasa seperti tak berdaya menghadapi arus yang membawanya. Kita mungkin bertanya-tanya mengapa situasi tertentu terjadi, atau mengapa hidup kita terasa seperti dibentuk oleh kekuatan yang tidak dapat kita kendalikan. Ayat Yeremia 18:5 memberikan sebuah gambaran yang mendalam tentang hubungan antara Allah dan umat-Nya, sebuah analogi yang kuat tentang kedaulatan dan kasih-Nya.

Allah, dalam kemuliaan-Nya, menyatakan diri-Nya sebagai seorang penjunan ulung. Penjunan adalah seorang pengrajin yang dengan ahli membentuk tanah liat menjadi benda-benda yang indah dan berguna. Ia memiliki visi, keterampilan, dan kuasa untuk mengambil gumpalan tanah yang kasar dan menjadikannya wadah yang sempurna. Sama seperti itu, Allah memegang kita, umat Israel pada zaman Yeremia, seperti tanah liat di tangan-Nya. Ini bukanlah gambaran penindasan, melainkan penegasan akan kuasa-Nya yang penuh kasih dan tujuan-Nya yang mulia atas ciptaan-Nya.

Metafora tanah liat di tangan penjunan mengajarkan beberapa kebenaran penting. Pertama, kedaulatan Allah. Dia adalah Pencipta dan Pemelihara segala sesuatu. Seperti penjunan yang menentukan bentuk tanah liat, demikian pula Allah memiliki hak dan kuasa untuk membentuk hidup kita sesuai dengan kehendak-Nya. Ini bisa berarti menghadapi kesulitan, tantangan, atau bahkan masa-masa penyesuaian yang mungkin terasa berat. Namun, di balik setiap proses pembentukan itu, ada tujuan ilahi yang tersembunyi.

Kedua, anugerah pembentukan. Meskipun kita adalah tanah liat yang rapuh dan seringkali pemberontak, Allah tidak meninggalkan kita begitu saja. Dia terus menerus bekerja dalam hidup kita, seperti penjunan yang sabar menggarap tanah liatnya. Proses pembentukan ini bukan untuk menghancurkan, melainkan untuk memurnikan, memperkuat, dan mempersiapkan kita untuk tujuan yang lebih besar. Allah ingin kita menjadi bejana yang berharga, yang dapat digunakan untuk kemuliaan-Nya.

Penting untuk diingat bahwa kuasa Allah atas kita bukanlah kuasa yang tiranik atau sewenang-wenang. Penjunan yang baik tahu bahwa untuk membentuk tanah liat menjadi sesuatu yang indah, ia harus bekerja dengan hati-hati, penuh perhatian, dan sabar. Begitu pula, Allah bekerja dalam hidup kita dengan kasih, hikmat, dan kesabaran yang tak terbatas. Dia mengenal kelemahan kita, ketakutan kita, dan keraguan kita. Dia mengizinkan situasi tertentu terjadi bukan untuk menghukum kita, tetapi untuk mengajar kita, mendisiplinkan kita, dan membawa kita lebih dekat kepada-Nya.

Saat kita menghadapi masa-masa sulit, ketika kita merasa seperti sedang dibentuk oleh tangan yang kuat, marilah kita mengingat Yeremia 18:5. Mari kita serahkan diri kita pada kuasa Sang Penjunan Ulung. Percayalah bahwa setiap proses pembentukan, sekecil apapun, memiliki tujuan yang baik. Biarkan Allah membentuk kita sesuai dengan kehendak-Nya, dan yakinlah bahwa tujuan-Nya selalu yang terbaik bagi kita. Seperti tanah liat yang akhirnya menjadi wadah yang indah, biarlah hidup kita juga menjadi kesaksian akan kuasa, kasih, dan kebaikan Sang Penjunan Surgawi.