Yeremia 2:1

"Pergilah dan serukanlah di telinga Yerusalem: Beginilah firman TUHAN: ‘Aku ingat akan kesetiaanmu pada masa mudamu, akan kasihmu pada waktu perkawinanmu, waktu engkau mengikuti Aku di padang gurun, di negeri yang belum ditaburi benih."

Cinta yang Hilang: Refleksi dari Yeremia 2:1

Ayat Yeremia 2:1 membuka sebuah narasi yang dalam dan menyentuh hati. Tuhan, melalui nabi-Nya Yeremia, memanggil perhatian Yerusalem kepada sebuah masa lalu yang penuh cinta dan kesetiaan. Firman ini bukanlah teguran semata, melainkan sebuah pengingat tentang hubungan intim yang pernah terjalin antara Tuhan dan umat-Nya. Kata "kesetiaanmu pada masa mudamu" dan "kasihmu pada waktu perkawinanmu" menggambarkan sebuah ikatan yang suci, kuat, dan penuh gairah, seperti hubungan sepasang kekasih yang baru menikah.

Gambaran "mengikuti Aku di padang gurun" sangatlah kuat. Padang gurun adalah tempat yang tandus, berbahaya, dan penuh tantangan. Namun, di tengah kesulitan itulah, umat Israel menunjukkan kesetiaan dan bergantung sepenuhnya kepada Tuhan. Mereka meninggalkan kenyamanan Mesir untuk sebuah janji masa depan yang dipimpin langsung oleh Tuhan. Ini adalah simbol dari sebuah komitmen yang lahir dari kepercayaan penuh, tanpa syarat, dan kesediaan untuk melalui segala rintangan bersama. Tuhan mengenang momen-momen sakral ini, di mana umat-Nya begitu erat dalam hubungan dengan-Nya.

Namun, konteks dari ayat ini seringkali membawa kita pada refleksi yang lebih dalam. Mengapa Tuhan perlu mengingatkan umat-Nya tentang masa lalu yang indah ini? Jawabannya terletak pada apa yang terjadi setelahnya. Sejarah Israel dipenuhi dengan pemberontakan, penyembahan berhala, dan menjauhnya hati mereka dari Tuhan. Panggilan Tuhan dalam Yeremia 2:1 berfungsi sebagai landasan untuk menunjukkan kontras antara masa lalu yang setia dan masa kini yang telah menyimpang. Seolah Tuhan berkata, "Ingatlah bagaimana kamu dulu mencintaiku? Lihatlah sekarang, apa yang telah terjadi?"

Yeremia 2:1 mengajak kita, baik sebagai individu maupun sebagai komunitas, untuk merenungkan hubungan kita dengan Tuhan. Apakah kita masih mengingat masa-masa awal iman kita, ketika Tuhan terasa begitu dekat dan setiap langkah dipenuhi semangat kesetiaan? Apakah kita masih menjaga "kasih pada waktu perkawinan" dengan Tuhan, sebuah komitmen yang mendalam dan eksklusif? Tantangan modern seringkali mengalihkan fokus kita. Kesibukan, godaan duniawi, dan kesulitan hidup dapat membuat kita perlahan-lahan menjauh, seperti kapal yang terseret arus tanpa disadari.

Pesan Yeremia 2:1 adalah sebuah undangan untuk kembali. Kembali kepada sumber cinta pertama kita. Mengingat kembali kesetiaan yang pernah kita tunjukkan, dan menyadari betapa berharganya hubungan yang pernah kita miliki. Tuhan tidak pernah berhenti mengingat dan merindukan hubungan yang intim dengan umat-Nya. Pengingat ini adalah bukti dari kasih-Nya yang abadi dan harapan-Nya agar kita dapat menemukan kembali jalur kesetiaan dan memperbarui janji kasih kita kepada-Nya.

Simbol Hati dengan Sinar