Yeremia 2:28 - Ketidaktaatan yang Menjerumuskan

"Tetapi di manakah dewa-dewamu yang kamu buat sendiri itu? Biarlah mereka bangkit, jika mereka dapat menyelamatkanmu pada waktu kesusahanmu! Sebab jumlah dewamu sama seperti jumlah kota-kotamu, hai Yehuda!"

Ilustrasi abstrak dengan warna sejuk cerah melambangkan kerapuhan berhala

Ilustrasi: Kerapuhan Berhala

Ayat Yeremia 2:28 menggambarkan sebuah kenyataan pahit tentang umat Allah di masa lalu, yang juga memiliki relevansi mendalam bagi kehidupan kita saat ini. Nabi Yeremia, diutus oleh Tuhan, menyampaikan firman peringatan yang tegas kepada bangsa Israel, khususnya Yehuda. Inti pesannya adalah kritik tajam terhadap penyembahan berhala yang telah merajalela di tengah-tengah mereka.

Ayat ini secara dramatis menantang umat yang telah berpaling dari Tuhan yang sejati. "Tetapi di manakah dewa-dewamu yang kamu buat sendiri itu?" Pertanyaan retoris ini tidak hanya sekadar pertanyaan, melainkan sebuah tuduhan. Tuhan menunjuk pada ketidakberdayaan berhala-berhala buatan manusia. Mereka bukan sekadar benda mati, tetapi juga simbol dari pengkhianatan dan kesia-siaan.

Lebih lanjut, Yeremia menyatakan, "Biarlah mereka bangkit, jika mereka dapat menyelamatkanmu pada waktu kesusahanmu!" Ini adalah tantangan terakhir yang menekankan kelemahan absolut dari objek penyembahan mereka. Ketika bahaya mengancam, ketika kesulitan melanda, berhala-berhala tersebut sama sekali tidak berdaya. Mereka tidak memiliki kekuatan untuk mendengar, untuk bertindak, apalagi untuk menyelamatkan.

Penekanan pada jumlah berhala yang setara dengan jumlah kota di Yehuda menunjukkan betapa dalamnya akar penyembahan berhala dalam kehidupan sosial dan spiritual bangsa tersebut. Setiap kota memiliki dewanya sendiri, setiap sudut kehidupan dipenuhi dengan objek-objek yang mereka anggap mampu memberikan perlindungan dan kemakmuran. Namun, semua itu adalah ilusi.

Konteks dari Yeremia 2:28 adalah pengingat akan perjanjian yang telah dibuat umat Israel dengan Tuhan. Mereka telah berjanji untuk setia hanya kepada-Nya, namun mereka telah melanggar janji itu dengan menukar kemuliaan Allah yang kekal dengan gambaran makhluk fana dan ciptaan tangan manusia. Penyembahan berhala adalah bentuk pengkhianatan terbesar terhadap kasih dan kesetiaan Allah yang telah mengeluarkan mereka dari perbudakan di Mesir dan memimpin mereka ke tanah perjanjian.

Pesan ini tidak hanya berlaku untuk masa lalu. Di zaman modern ini, kita juga dapat menemukan bentuk-bentuk "berhala" baru yang menarik perhatian kita. Berhala-berhala tersebut bisa berupa materi, kekayaan, kekuasaan, popularitas, ambisi pribadi yang berlebihan, atau bahkan kenyamanan yang membuat kita lalai dari kewajiban spiritual kita. Sama seperti berhala-berhala kuno, berhala-berhala modern ini juga pada akhirnya tidak dapat memberikan kepuasan yang sejati atau keselamatan dari kesulitan hidup yang sebenarnya.

Yeremia 2:28 adalah panggilan untuk introspeksi diri. Kita diingatkan untuk bertanya pada diri sendiri: kepada siapa atau apa kita benar-benar menaruh kepercayaan dan harapan kita? Apakah hidup kita diwarnai oleh kesetiaan kepada Tuhan yang mengasihi dan berkuasa, ataukah kita terjebak dalam pengejaran ilusi yang pada akhirnya hanya akan membawa kekecewaan dan kehancuran? Kebenaran dari ayat ini adalah bahwa hanya Tuhan yang Maha Kuasa yang dapat memberikan keselamatan sejati dan kepuasan abadi. Berpaling dari-Nya demi sesuatu yang lebih rendah adalah langkah menuju kesia-siaan.