Yeremia 2:29

"Mengapa kamu berselisih dengan Aku? Kamu semua memberontak terhadap Aku," firman TUHAN.

Kitab Yeremia adalah sebuah kitab kenabian yang penuh dengan seruan, peringatan, dan janji-janji Allah kepada umat-Nya, Israel. Di tengah berbagai pesan nubuat, terdapat ayat-ayat yang menyoroti hubungan yang retak antara Tuhan dan umat-Nya. Yeremia 2:29, "Mengapa kamu berselisih dengan Aku? Kamu semua memberontak terhadap Aku," firman TUHAN, adalah salah satu ungkapan kekecewaan dan kesedihan Tuhan yang mendalam terhadap umat pilihan-Nya. Ayat ini bukan sekadar tuduhan, melainkan sebuah pertanyaan yang menggugah, sebuah seruan untuk introspeksi diri bagi setiap individu dan bangsa.

Kata "berselisih" dalam konteks ini bukanlah perselisihan biasa seperti yang terjadi antar manusia. Ini adalah perselisihan fundamental, perselisihan yang berakar pada pengkhianatan spiritual. Tuhan telah memberikan kasih, perlindungan, dan berkat yang tak terhingga kepada Israel. Ia telah memimpin mereka keluar dari perbudakan di Mesir, membimbing mereka melalui padang gurun, dan mendatangkan mereka ke tanah perjanjian yang berlimpah. Namun, sebagai balasannya, Israel sering kali berpaling dari-Nya, menyembah ilah-ilah lain, dan mengabaikan hukum-hukum-Nya. Perselisihan ini adalah akibat langsung dari ketidaksetiaan mereka.

Pernyataan "Kamu semua memberontak terhadap Aku" menegaskan bahwa pemberontakan ini bersifat kolektif. Seluruh bangsa terlibat dalam penolakan terhadap otoritas dan kehendak Tuhan. Pemberontakan ini tidak hanya terjadi dalam bentuk ibadah kepada berhala, tetapi juga dalam ketidakadilan sosial, penindasan terhadap yang lemah, dan penyimpangan moral. Tuhan melihat hati mereka yang menjauh dan tindakan mereka yang melawan-Nya. Pemberontakan adalah bentuk penolakan terhadap sumber kehidupan, kasih, dan kebenaran sejati.

Pertanyaan "Mengapa kamu berselisih dengan Aku?" menyiratkan adanya alasan yang tidak masuk akal dari pihak umat. Tuhan selalu bertindak dengan adil dan penuh kasih. Ia tidak pernah memberikan alasan untuk dihianati. Pertanyaan ini mengajak Israel untuk merenungkan kembali apa yang sebenarnya mereka cari. Apakah kepuasan yang ditawarkan oleh ilah-ilah lain benar-benar sebanding dengan hubungan yang telah Tuhan tawarkan? Apakah kekayaan dan kekuasaan sementara yang mereka kejar lebih berharga daripada berkat kekal yang dapat mereka terima dari Sang Pencipta?

Pesan Yeremia 2:29 tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan pribadi kita, sering kali kita juga "berselisih" dengan Tuhan. Kita mungkin tidak secara terang-terangan menyembah berhala, tetapi kita bisa saja membiarkan hal-hal lain mengambil tempat Tuhan dalam hidup kita – materi, pekerjaan, ambisi pribadi, atau hiburan. Kita memberontak ketika kita memilih jalan kita sendiri daripada jalan yang telah Tuhan tunjukkan dalam firman-Nya. Kita memberontak ketika kita mengabaikan suara hati nurani yang dibimbing oleh Roh Kudus.

Seruan Tuhan ini adalah panggilan untuk bertobat. Ia ingin kita mengakui pemberontakan kita, memahami betapa dalamnya kita telah menyimpang, dan dengan sukarela kembali kepada-Nya. Tuhan tidak menginginkan perselisihan; Ia merindukan hubungan yang harmonis dan penuh kasih. Pengakuan atas kesalahan adalah langkah pertama yang krusial. Dengan menyadari ketidaksetiaan kita, kita membuka pintu bagi pemulihan dan pengampunan yang hanya bisa datang dari Tuhan.

Yeremia 2:29 adalah pengingat keras bahwa Tuhan memperhatikan setiap tindakan dan motivasi hati kita. Ia adalah Tuhan yang adil dan kudus, tetapi juga penuh kasih dan pengampunan bagi mereka yang mau kembali kepada-Nya. Mari kita renungkan ayat ini dalam kehidupan kita, bertanya pada diri sendiri, "Mengapa aku berselisih dengan Tuhan?" dan memilih untuk tidak memberontak lagi, melainkan hidup dalam kesetiaan kepada-Nya.