Yeremia 20:1 - Nubuat yang Menyala

"Ketika Pasur bin Imir, seorang imam yang mengepalai di rumah TUHAN, mendengar Yeremia mengucapkan perkataan-perkataan ini, maka Pasur memukul nabi Yeremia dan memasang pasung pada lehernya di Gerbang Benyamin yang di bagian atas di rumah TUHAN."

Simbol penganiayaan dan keteguhan

Yeremia 20:1 mengisahkan sebuah momen dramatis dalam pelayanan kenabian Yeremia. Ayat ini menggambarkan tindakan kekerasan dan penolakan yang dihadapi oleh nabi ini dari para otoritas agama pada masanya. Pasur bin Imir, seorang imam terkemuka, tidak hanya menolak pesan Yeremia, tetapi juga bereaksi dengan kekerasan fisik, memukul nabi Tuhan dan menguncinya dalam sebuah alat yang disebut pasung. Peristiwa ini menyoroti betapa beratnya beban yang harus dipikul oleh Yeremia dalam menyampaikan firman Tuhan yang seringkali tidak populer dan membawa berita peringatan bagi bangsa Israel.

Pasur sebagai seorang imam seharusnya menjadi penjaga spiritual dan pendukung bagi nabi Tuhan. Namun, dalam kasus ini, ia justru menjadi salah satu penentang utama. Tindakan Pasur mencerminkan sikap masyarakat dan para pemimpin pada umumnya yang lebih memilih kenyamanan dan kepalsuan daripada kebenaran yang keras. Mereka enggan mendengar peringatan tentang penghakiman yang akan datang, dan ketika kebenaran itu disampaikan dengan tegas, reaksi mereka adalah kebencian dan penganiayaan. Pasung yang dipasang pada leher Yeremia adalah simbol fisik dari pengekangan dan penghinaan yang coba dikenakan oleh otoritas tersebut. Ini adalah upaya untuk membungkam suara kenabian, untuk mencegah penyebaran pesan yang dianggap mengganggu stabilitas dan kenyamanan mereka.

Tantangan Pelayanan Kenabian

Kisah ini mengingatkan kita bahwa pelayanan kenabian bukanlah jalan yang mudah. Para nabi Tuhan seringkali harus menghadapi oposisi, ejekan, dan bahkan penganiayaan karena mereka menyampaikan pesan dari Tuhan yang mungkin bertentangan dengan keinginan manusia atau norma masyarakat. Yeremia sendiri adalah contoh klasik dari nabi yang menderita. Sejak awal panggilannya, ia telah diperingatkan bahwa ia akan menghadapi kesulitan dan perlawanan yang hebat. Peristiwa di Gerbang Benyamin ini adalah salah satu dari sekian banyak cobaan yang ia alami.

Namun, di balik tindakan penganiayaan ini, ada kekuatan ilahi yang menopang Yeremia. Meskipun fisiknya mungkin disakiti dan dipermalukan, semangatnya untuk menyampaikan firman Tuhan tidak pernah padam. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal 20 (meskipun tidak dikutip di sini) akan mengungkapkan bagaimana Yeremia, bahkan setelah mengalami perlakuan buruk, terus berseru kepada Tuhan dan menegaskan kembali komitmennya untuk berbicara atas nama-Nya. Pengalaman ini, betapa pun pahitnya, menjadi bagian dari proses pembentukan karakternya dan penguatan imannya.

Kisah Yeremia 20:1 mengajarkan kita pentingnya keteguhan iman di tengah kesulitan. Ini adalah pengingat bahwa kebenaran seringkali memerlukan keberanian untuk diungkapkan, dan bahwa mereka yang setia kepada Tuhan mungkin harus menghadapi penolakan dari dunia. Namun, seperti Yeremia, kita dipanggil untuk tetap teguh, mempercayai bahwa Tuhan akan memberikan kekuatan dan pertolongan di saat-saat terberat. Penganiayaan yang dialami Yeremia, meskipun nyata dan menyakitkan, pada akhirnya tidak berhasil membungkamkan suaranya atau menghentikan rencana Tuhan yang lebih besar. Pesan kenabiannya terus bergema, menjadi kesaksian abadi tentang kedaulatan Tuhan dan panggilan untuk kesetiaan yang tak tergoyahkan.