Ayat Yeremia 20:2 menggambarkan momen krusial dalam pelayanan nabi Yeremia, yang penuh dengan tantangan dan penolakan. Dalam ayat ini, kita melihat bagaimana Yeremia mengalami penganiayaan fisik dari seorang tokoh agama, Imam Besar Pasur, karena ia menyampaikan pesan kenabiannya. Peristiwa ini bukanlah sekadar insiden terisolasi, melainkan cerminan dari penolakan luas yang dihadapi Yeremia dan para nabi Allah lainnya sepanjang sejarah.
Yeremia, yang dikenal sebagai "nabi peramal" karena pesan-pesannya yang seringkali membawa kabar buruk bagi bangsa Israel, tidak pernah gentar untuk menyuarakan kehendak Tuhan, meskipun hal itu membuatnya unpopular. Pesan-pesannya berisi peringatan tentang penghakiman ilahi yang akan datang akibat dosa dan ketidaksetiaan Israel terhadap perjanjian mereka dengan Tuhan. Namun, pesan kebenaran ini seringkali dianggap sebagai provokasi atau permusuhan oleh para pemimpin dan masyarakat pada masa itu.
Dalam konteks Yeremia 20:2, tindakan Imam Besar Pasur sangatlah mencengangkan. Pasur, yang seharusnya menjadi penjaga rohani dan kebenaran di Bait TUHAN, justru bertindak represif terhadap hamba Tuhan. Ia memukul Yeremia dan memasungnya. Ini bukan sekadar hukuman fisik, tetapi juga upaya untuk membungkam suara kenabian dan mempermalukan nabi di depan umum. Pemasungan di gerbang kota atau di kompleks Bait Suci adalah tindakan penghinaan yang serius.
Meskipun menghadapi ancaman, siksaan, dan pengucilan, kesetiaan Yeremia kepada Tuhan tidak pernah goyah. Pengalaman pahit ini justru memperkuat tekadnya untuk terus berseru kepada Tuhan dan menyampaikan firman-Nya. Ayat-ayat selanjutnya dalam pasal 20 menunjukkan bagaimana Yeremia merespons penderitaan ini dengan doa dan ratapan kepada Tuhan, namun ia tetap menegaskan keyakinannya pada keadilan dan kuasa Tuhan. Ini adalah pelajaran berharga bagi kita tentang arti kesetiaan sejati di tengah tekanan dan ketidakadilan.
Kisah Yeremia 20:2 mengajarkan kita bahwa menyampaikan kebenaran, terutama kebenaran yang tidak populer, seringkali akan menemui perlawanan. Para pelayan Tuhan di masa kini pun mungkin akan menghadapi berbagai bentuk penolakan, ejekan, atau bahkan ancaman ketika mereka berani berdiri teguh pada prinsip-prinsip ilahi. Namun, seperti Yeremia, kita dipanggil untuk tetap setia pada panggilan kita, mempercayakan segala sesuatu kepada Tuhan, dan yakin bahwa pada akhirnya, kebenaran dan keadilan ilahi akan menang. Kegigihan Yeremia menjadi saksi bisu bahwa bahkan dalam situasi tergelap pun, iman yang teguh kepada Tuhan dapat memberikan kekuatan untuk terus maju.