Yeremia 22:15: Kemuliaan Sejati

"Apakah engkau akan memerintah karena engkau gemar akan kayu aras?
Bukankah ayahmu juga makan dan minum, tetapi ia melakukan keadilan dan kebenaran?
Maka baiklah keadaannya. Ia melakukan keadilan kepada orang yang tertindas dan miskin,
maka baiklah keadaannya. Bukankah mengenal Aku--demikianlah firman TUHAN."

Kitab Yeremia merupakan salah satu nabi besar dalam Perjanjian Lama, yang dikenal dengan pesan-pesan kenabiannya yang kuat dan seringkali bernada peringatan. Ayat Yeremia 22:15 adalah bagian dari serangkaian nasihat dan penghakiman yang ditujukan kepada para raja Yehuda, khususnya Yoyakim. Dalam ayat ini, nabi Yeremia menegur raja yang terobsesi dengan kemewahan dan membangun istana megah dari kayu aras, sebuah simbol kekayaan dan status. Namun, nabi mengingatkan bahwa kemuliaan sejati tidak terletak pada harta benda atau bangunan megah, melainkan pada karakter dan tindakan.

Ayat ini secara kontras membandingkan perilaku Yoyakim dengan ayahnya, Yosia. Yosia digambarkan sebagai raja yang tidak hanya menikmati hasil kerja kerasnya, tetapi yang terpenting, ia melakukan keadilan dan kebenaran. Penggambaran ini sangat krusial. Keadilan dan kebenaran bukan sekadar konsep abstrak, melainkan tindakan nyata yang berdampak pada kehidupan orang lain, terutama mereka yang rentan: orang yang tertindas dan miskin. Kebijakan dan kepemimpinan Yosia yang adil membuat keadaan kerajaannya baik, sebuah bukti bahwa keberkahan dan stabilitas bangsa bersumber dari moralitas pemimpinnya.

Pesan inti dari Yeremia 22:15 adalah bahwa mengenal Tuhan (dalam arti yang lebih dalam, yaitu tunduk pada kehendak-Nya dan mencerminkan karakter-Nya) adalah fondasi dari kepemimpinan yang benar dan kemuliaan yang langgeng. Yoyakim, dengan segala kemewahannya, tampaknya telah melupakan hal mendasar ini. Ia lebih sibuk dengan kesenangan duniawi dan membangun citra diri daripada memelihara kesejahteraan rakyatnya sesuai dengan prinsip-prinsip ilahi. Nabi Yeremia mengingatkan bahwa ketertarikan pada simbol-simbol duniawi seperti kayu aras akan sia-sia jika tidak dibarengi dengan komitmen terhadap keadilan dan kebenaran.

Relevansi Yeremia 22:15 terasa hingga kini. Dalam masyarakat modern, kita seringkali tergoda untuk mengukur kesuksesan dan kemuliaan berdasarkan pencapaian materi, kekuasaan, atau penampilan luar. Namun, ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kembali apa yang sesungguhnya berarti menjadi 'baik' atau 'mulia'. Kepemimpinan yang sejati, baik dalam skala pribadi maupun publik, seharusnya berakar pada integritas, kepedulian terhadap sesama, dan ketaatan pada prinsip-prinsip moral yang luhur. Bangunan megah bisa runtuh, kekayaan bisa habis, tetapi perbuatan adil dan hati yang mengenal Tuhan akan memberikan fondasi yang kokoh dan kemuliaan yang tidak lekang oleh waktu. Pesan nabi Yeremia adalah pengingat abadi bahwa kekayaan yang sesungguhnya adalah kekayaan karakter yang tercermin dalam pelayanan dan kasih kepada sesama.