Kitab Yeremia merupakan salah satu kitab nabi-nabi besar dalam Perjanjian Lama yang penuh dengan peringatan, nubuat tentang penghukuman, namun juga janji pemulihan. Di tengah pesan-pesan keras yang ditujukan kepada bangsa Israel yang jatuh dalam dosa dan penyembahan berhala, terdapat ayat-ayat yang memanggil mereka untuk kembali kepada jalan yang benar. Yeremia 22:20 adalah salah satu seruan ilahi yang spesifik, ditujukan kepada mereka yang hidup dalam posisi nyaman dan berkelimpahan, namun seringkali lupa akan tanggung jawab mereka.
Ayat ini secara khusus menarik perhatian pada perbedaan status sosial di dalam masyarakat Israel. Frasa "yang lemah lembut dan yang hidup dalam kelimpahan" mungkin terdengar kontradiktif bagi sebagian orang, namun dalam konteks ini, ia merujuk pada mereka yang memiliki kekayaan dan kekuasaan, yang seharusnya menjadi pemimpin dan pelindung bagi yang lain, tetapi justru hidup dalam kenyamanan yang berlebihan dan melupakan prinsip keadilan. Tuhan menyebut mereka "domba-domba-Ku di padang rumput-Ku," yang mengisyaratkan bahwa mereka adalah bagian dari umat pilihan-Nya, yang seharusnya dipelihara dan dibimbing dengan baik. Namun, kenyataannya, mereka seringkali menyalahgunakan posisi mereka, menindas yang lemah, dan mengabaikan firman Tuhan.
Panggilan untuk Keadilan dan Tanggung Jawab
Seruan dalam Yeremia 22:20 bukan sekadar pengumuman, melainkan sebuah panggilan untuk introspeksi dan perubahan. Tuhan menunjukkan bahwa Dia memperhatikan bagaimana umat-Nya memperlakukan satu sama lain, terutama mereka yang berada dalam posisi yang lebih rentan. Di saat kemakmuran, ada kecenderungan untuk menjadi egois dan melupakan kebutuhan orang lain. Keadilan sosial adalah aspek penting dari ketaatan kepada Tuhan, dan kelalaian terhadap hal ini adalah dosa yang serius.
Dengarlah, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Kata "dengarlah" di awal ayat ini sangat penting. Ini adalah perintah untuk memperhatikan, untuk memproses informasi yang akan disampaikan, dan untuk bertindak sesuai dengan itu. Tuhan tidak berbicara tanpa tujuan; setiap firman-Nya membawa konsekuensi. Bagi mereka yang hidup dalam kelimpahan, ini adalah peringatan bahwa kenyamanan materi bukanlah jaminan kemuliaan abadi, apalagi jika disertai dengan ketidakadilan dan pengabaian terhadap sesama.
Dalam konteks yang lebih luas, Yeremia 22:20 mengingatkan kita bahwa kemakmuran materi seharusnya menjadi sarana untuk berbuat baik dan menyebarkan keadilan, bukan tujuan akhir yang membuat kita menjadi buta terhadap penderitaan orang lain. Tuhan memanggil setiap orang, terlepas dari status sosialnya, untuk hidup dalam ketaatan kepada-Nya, yang mencakup kasih kepada sesama dan penegakan kebenaran. Seruan ini tetap relevan hingga hari ini, mendorong kita untuk merenungkan bagaimana kita menggunakan berkat dan posisi kita untuk melayani Tuhan dan sesama.