"Tetapi jika kamu tidak mau mendengarkan perkataan ini, maka — demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN — mezbah ini akan menjadi reruntuhan."
Ayat Yeremia 22:5 merupakan sebuah peringatan tegas dari Allah melalui nabi-Nya, Yeremia, kepada bani Yehuda. Dalam konteks sejarah, ayat ini ditujukan kepada raja dan rakyat Yerusalem pada masa-masa kegelapan menjelang kehancuran kota tersebut. Pesan ini disampaikan bukan sebagai ancaman kosong, melainkan sebagai konsekuensi logis dari ketidaktaatan dan penolakan terhadap firman Tuhan. Kata-kata, "demi Aku yang hidup, demikianlah firman TUHAN," menekankan keseriusan dan kebenaran mutlak dari perkataan-Nya.
Inti dari ayat ini adalah janji, meskipun dalam bentuk peringatan, bahwa jika mereka tidak mendengarkan, maka tempat ibadah mereka yang mulia, mezbah, akan menjadi reruntuhan. Mezbah melambangkan pusat ibadah dan persembahan kepada Tuhan. Kehancurannya berarti hilangnya hubungan spiritual yang benar dengan Pencipta, sebuah malapetaka yang jauh lebih besar daripada kehancuran fisik sekalipun. Ini adalah gambaran dramatis tentang akibat dari mengabaikan hukum-hukum ilahi dan menolak kebenaran yang disampaikan.
Namun, di balik peringatan ini, tersimpan pula janji yang mendalam bagi mereka yang memilih untuk taat. Yeremia 22:5 bukanlah akhir dari segalanya, melainkan sebuah titik krusial yang menentukan arah masa depan. Sejarah bangsa Israel penuh dengan siklus ketidaktaatan dan pertobatan, namun janji pemulihan selalu ada bagi mereka yang berbalik kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ayat ini mengingatkan kita bahwa firman Tuhan memiliki kuasa dan konsekuensi. Ia tidak pernah berubah dan selalu berpegang pada perkataan-Nya.
Dalam kehidupan modern, ayat Yeremia 22:5 tetap relevan. Kita dapat melihatnya sebagai pengingat bahwa hidup yang dibangun di atas dasar penolakan terhadap prinsip-prinsip kebenaran Tuhan pasti akan menghadapi keruntuhan. Apakah itu dalam kehidupan pribadi, keluarga, gereja, atau bahkan bangsa, mengabaikan panggilan Tuhan untuk hidup kudus dan benar akan membawa konsekuensi yang tidak dapat dihindari. Namun, ini juga menjadi panggilan untuk bertindak. Kesempatan untuk mendengarkan dan menaati firman Tuhan selalu terbuka.
Jika kita memilih untuk mendengarkan dan menerapkan firman-Nya dalam setiap aspek kehidupan kita, maka kita dapat mengantisipasi berkat dan perlindungan-Nya. Seperti mezbah yang akan menjadi reruntuhan jika ditinggalkan, hubungan kita dengan Tuhan akan menjadi lemah jika kita mengabaikan-Nya. Sebaliknya, mezbah yang dipelihara dengan iman dan ketaatan akan menjadi sumber kekuatan dan berkat yang tak terhingga. Yeremia 22:5 mengajarkan kita pentingnya mendengarkan suara Tuhan dan menempatkan ketaatan sebagai prioritas utama, karena di sanalah letak fondasi kehidupan yang kokoh dan penuh pengharapan.