Yeremia 22:8

"Dan banyak bangsa akan melewati kota ini, dan seorang akan berkata seorang kepada tetangganya: 'Apakah yang telah diperbuat TUHAN dengan kota yang besar ini?'
AD Yeremia 22:8

Ilustrasi: Simbol Keadilan Ilahi dan Pemeriksaan

Ayat Yeremia 22:8 membawa kita pada sebuah gambaran yang kuat tentang konsekuensi dari ketidakadilan dan kesetiaan yang hilang. Nabi Yeremia, dalam firman Tuhan, berbicara tentang nasib Yerusalem, sebuah kota yang seharusnya menjadi mercusuar kebenaran dan keadilan bagi bangsa-bangsa. Namun, kenyataannya justru berbanding terbalik. Kota ini akan menjadi saksi bisu dari kehancuran dan kekecewaan, sebuah pelajaran bagi setiap orang yang melihatnya.

Frasa "dan banyak bangsa akan melewati kota ini" menandakan bahwa Yerusalem yang dulunya diagungkan akan menjadi puing-puing yang dilalui oleh berbagai bangsa. Ini bukan sekadar kehancuran fisik, tetapi juga hilangnya martabat dan pengaruh. Mereka yang dulunya mengagumi Yerusalem kini akan bertanya-tanya, "Apakah yang telah diperbuat TUHAN dengan kota yang besar ini?". Pertanyaan ini adalah ekspresi kebingungan dan kekecewaan atas runtuhnya kejayaan sebuah kota yang pernah memiliki perjanjian khusus dengan Tuhan.

Konteks dari ayat ini sangat penting. Keruntuhan Yerusalem bukanlah tanpa sebab. Kitab Yeremia berulang kali menyoroti dosa-dosa para pemimpin dan penduduknya: penindasan terhadap kaum lemah, ketidakadilan dalam hukum, penyembahan berhala, dan pengabaian terhadap perintah-perintah Tuhan. Mereka lebih mementingkan kepentingan pribadi dan kekayaan daripada kebenaran dan kesejahteraan umat. Hal ini menciptakan masyarakat yang rapuh, rentan terhadap kehancuran ketika ujian datang.

Pesan dalam Yeremia 22:8 ini bersifat universal dan abadi. Ia mengajarkan bahwa fondasi setiap masyarakat yang kuat dan diberkati adalah keadilan, kesetiaan, dan ketaatan kepada Tuhan. Ketika prinsip-prinsip ini diabaikan, kota atau bahkan negara mana pun berisiko mengalami kehancuran yang sama. Para pemimpin memiliki tanggung jawab moral yang besar untuk menegakkan keadilan, melindungi yang lemah, dan memimpin dengan integritas. Sebaliknya, jika kekuasaan disalahgunakan untuk keserakahan dan ketidakadilan, maka kehancuran adalah konsekuensi yang tak terhindarkan.

Renungan dari ayat ini seharusnya memotivasi kita untuk tidak hanya peduli pada keadilan dalam skala besar, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita berlaku adil dalam perkataan dan perbuatan? Apakah kita setia pada komitmen kita? Apakah kita selalu mengingat Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini akan menentukan nasib kita, baik secara pribadi maupun kolektif. Yerusalem yang runtuh menjadi peringatan, tetapi juga harapan, bahwa melalui pertobatan dan pemulihan kesetiaan, keadilan dapat ditegakkan kembali.

Ayat ini juga menekankan kedaulatan Tuhan. Pertanyaan "Apakah yang telah diperbuat TUHAN" menunjukkan pengakuan, meskipun dalam kebingungan, bahwa ada kekuatan yang lebih besar yang bertindak. Tuhan tidak tinggal diam terhadap dosa dan ketidakadilan. Ia akan bertindak untuk memulihkan tatanan moral-Nya, bahkan jika itu berarti melalui proses penghukuman. Namun, hukuman ini selalu disertai dengan tujuan pemulihan, agar umat-Nya kembali kepada jalan yang benar.