Yeremia 26:9 - Peringatan yang Diabaikan

"Tetapi orang-orang Lewi dan semua orang dari suku Yehuda itu mengamuk terhadap dia, dan berkata: 'Engkau harus mati!'"

Konteks dan Konsekuensi

Ayat Yeremia 26:9 ini menggambarkan momen krusial dalam pelayanan Nabi Yeremia. Berdiri di pelataran rumah TUHAN, Yeremia menyampaikan pesan yang sangat keras dari Allah kepada bangsa Yehuda dan para pemimpinnya. Pesan tersebut adalah sebuah peringatan akan kehancuran yang akan menimpa Yerusalem dan bait Allah jika mereka tidak bertobat dari jalan-jalan mereka yang jahat. Ini bukan sekadar nubuat biasa, melainkan sebuah ultimatum ilahi yang disampaikan dengan penuh urgensi.

Reaksi yang muncul seketika dari para imam, nabi-nabi palsu, dan seluruh rakyat adalah kemarahan yang luar biasa. Mereka tidak hanya menolak firman Allah yang disampaikan melalui Yeremia, tetapi juga menyerangnya. Frasa "Engkau harus mati!" menjadi teriakan kolektif yang mencerminkan penolakan mereka terhadap kebenaran yang diungkapkan. Mereka melihat Yeremia sebagai ancaman bagi stabilitas dan identitas mereka, bukannya sebagai utusan yang membawa peringatan demi keselamatan mereka.

Ikon peringatan

Penolakan Kebenaran dan Jalan Kehancuran

Apa yang terjadi pada Yeremia dalam momen ini adalah cerminan dari tema berulang dalam Kitab Yeremia: penolakan kerasulan ilahi dan konsekuensinya yang tragis. Bangsa Yehuda, terutama para pemimpin spiritual dan politiknya, memilih untuk tetap berada dalam kesombongan dan ketidaktaatan mereka. Mereka lebih suka mendengarkan nabi-nabi palsu yang menawarkan janji-janji palsu tentang kedamaian dan keamanan, daripada menerima teguran keras dari Allah.

Pilihan untuk mengabaikan peringatan ini akhirnya membawa Yehuda pada malapetaka yang dinubuatkan. Tentara Babel, yang merupakan alat penghakiman Allah, datang dan menghancurkan Yerusalem serta Bait Allah. Kematian yang diancamkan kepada Yeremia justru dialami oleh banyak penduduk kota akibat keengganan mereka untuk mendengarkan dan bertobat. Ini adalah pelajaran penting tentang bahaya dari penolakan kebenaran dan pentingnya respons yang rendah hati terhadap teguran ilahi.

Pelajaran untuk Masa Kini

Kisah Yeremia 26:9 tetap relevan hingga kini. Kita seringkali dihadapkan pada kebenaran yang mungkin tidak nyaman atau bertentangan dengan pandangan dunia kita. Sama seperti bangsa Yehuda, godaan untuk menolak kebenaran, mengabaikan suara hati nurani, atau mengikuti kesenangan sesaat sangatlah kuat. Namun, sejarah mengajarkan kita bahwa mengabaikan kebenaran, sekecil apapun implikasinya di awal, dapat membawa konsekuensi yang jauh lebih besar di kemudian hari.

Ayat ini mendorong kita untuk introspeksi diri. Apakah kita terbuka untuk mendengarkan kebenaran, bahkan ketika itu menantang atau membuat tidak nyaman? Apakah kita bersedia mengubah arah hidup kita jika kebenaran ilahi menunjukkannya? Yeremia akhirnya diselamatkan dari hukuman mati berkat campur tangan yang bijaksana dari Ahikam dan para tua-tua, namun nubuat kehancuran tetaplah terpenuhi karena hati bangsa yang keras. Mari kita jadikan ini sebagai panggilan untuk memiliki hati yang lebih peka dan responsif terhadap firman Allah, agar kita tidak mengikuti jejak mereka yang pada akhirnya menuai kehancuran.