Ayat pembuka dari pasal 27 Kitab Yeremia ini menempatkan kita pada momen krusial dalam sejarah Kerajaan Yehuda. Waktu yang disebutkan, yaitu "permulaan pemerintahan Yoyakim bin Yosia, raja Yehuda," bukanlah sekadar catatan sejarah biasa. Yoyakim naik takhta dalam masa yang penuh gejolak dan ketidakpastian. Kematian ayahnya, Yosia, yang merupakan raja yang saleh dan berusaha memulihkan bangsanya, meninggalkan kekosongan besar. Di bawah Yoyakim, arah politik Yehuda mulai bergeser, dan tekanan dari kekuatan imperium Babel semakin terasa.
Firman TUHAN yang datang kepada Yeremia pada momen ini sangatlah signifikan. Nabi Yeremia dikenal sebagai "nabi ratapan," yang sering kali membawa pesan-pesan peringatan keras dan nubuat tentang hukuman. Namun, firman yang disampaikan di awal pemerintahan Yoyakim ini memiliki cakupan yang lebih luas, bukan hanya tentang Yehuda, tetapi juga tentang bangsa-bangsa lain di sekitarnya. Ini menandakan bahwa Tuhan tidak hanya peduli pada umat-Nya yang terpilih, tetapi juga pada seluruh ciptaan-Nya, termasuk bagaimana bangsa-bangsa berinteraksi satu sama lain dan bagaimana mereka memperlakukan umat Tuhan.
Fokus Yeremia 27:1 adalah pada penerimaan firman Tuhan oleh seorang nabi. Ini adalah pengingat bahwa di tengah pergolakan politik dan ancaman eksternal, sumber otoritas tertinggi tetaplah Tuhan. Yeremia diberi tugas penting untuk menyampaikan pesan ilahi kepada bangsa-bangsa, termasuk Yehuda, yang saat itu di bawah kekuasaan yang meragukan. Pesan ini akan berkaitan dengan nasib bangsa-bangsa tersebut dan peran mereka dalam rencana Tuhan, khususnya terkait dengan penguasaan Babel.
Pasal ini kemudian berlanjut dengan penglihatan Yeremia mengenai kuk kayu yang ia kenakan, melambangkan penyerahan diri kepada kekuasaan Babel. Yeremia diperintahkan untuk membuat kuk dari kayu dan mengutusnya kepada raja-raja tetangga Yehuda. Pesan utamanya adalah agar mereka tunduk kepada raja Babel. Ini adalah sebuah paradoks yang membingungkan: bagaimana mungkin bangsa yang mengaku sebagai umat pilihan Tuhan harus tunduk kepada bangsa kafir? Namun, Tuhan sering kali bekerja dengan cara yang tidak terduga, menggunakan kekuatan duniawi untuk menegakkan keadilan-Nya dan mendisiplinkan umat-Nya yang membangkang.
Memasuki masa pemerintahan Yoyakim, Yehuda berada di persimpangan jalan. Keputusan yang mereka buat, baik dalam kepemimpinan maupun dalam hubungan internasional, akan menentukan nasib mereka. Firman Tuhan yang disampaikan melalui Yeremia adalah panggilan untuk mengakui kedaulatan Tuhan atas semua bangsa. Pesan ini bukan tentang kepasifan, tetapi tentang kesadaran akan waktu Tuhan dan cara Tuhan bekerja. Dalam ketidakpastian politik, iman kepada Tuhan yang mengendalikan sejarah menjadi jangkar yang teguh. Yeremia 27:1 membuka pintu untuk pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana Tuhan menggunakan kekuatan-kekuatan dunia untuk mencapai tujuan-Nya, seringkali melalui cara-cara yang mengejutkan dan menantang bagi pemahaman manusia.