Yeremia 27:19

"Sebab demikianlah firman TUHAN semesta alam mengenai tiang-tiang, laut, alas-alas, dan mengenai sisa-sisa perkakas yang ditinggalkan di kota ini oleh raja Nebukadnezar, raja Babilon, dan yang tidak dibawa oleh raja Zedekia, raja Yehuda, ketika ia memindahkan Yerusalem ke pembuangan."

Ayat Yeremia 27:19 mungkin terdengar spesifik dan teknis pada pandangan pertama, berbicara tentang benda-benda fisik yang disisakan dari penjarahan Yerusalem. Namun, di balik deskripsi detail tentang tiang-tiang, laut (kemungkinan merujuk pada bejana besar seperti yang ada di Bait Suci), alas-alas, dan perkakas lainnya yang tidak dibawa oleh Raja Nebukadnezar, tersembunyi sebuah kebenaran ilahi yang mendalam dan relevan bagi setiap zaman. Ayat ini merupakan bagian dari nubuat Yeremia kepada bangsa Israel di tengah-tengah krisis dan pembuangan yang mereka alami.

Konteks Yeremia 27 secara keseluruhan adalah pesan kenabian yang kuat tentang kedaulatan Allah atas segala bangsa dan kerajaan di bumi. Yeremia diperintahkan untuk menyampaikan bahwa kerajaan-kerajaan akan tunduk di bawah kekuasaan raja Babilon, Nebukadnezar, dan Yerusalem serta Bait Suci akan jatuh. Pesan ini sering kali dihadapkan dengan penolakan dan penipuan dari para nabi palsu yang menjanjikan kedamaian palsu. Ayat 19 secara khusus menyoroti bahwa bahkan benda-benda berharga yang tertinggal, yang mungkin dianggap sebagai sisa dari kemuliaan masa lalu, pun berada di bawah kendali ilahi dan akhirnya akan diserahkan.

Apa makna praktis dari ayat ini bagi kita saat ini? Pertama, ayat ini mengingatkan kita akan kedaulatan Allah. Segala sesuatu di dunia ini, termasuk kekayaan, kekuasaan, dan benda-benda material, berada di bawah kendali-Nya. Apa yang terlihat kokoh dan permanen bisa saja lenyap atau dipindahkan sesuai kehendak-Nya. Ini adalah pengingat penting untuk tidak menaruh kepercayaan terakhir kita pada harta benda duniawi, kekuasaan politik, atau stabilitas materi yang fana. Sebaliknya, iman kita harus berakar pada Yang Maha Kuasa, yang tidak pernah berubah.

Kedua, Yeremia 27:19 berbicara tentang konsekuensi ketidaktaatan. Bangsa Israel pada masa itu menghadapi hukuman karena dosa dan penolakan mereka terhadap firman Tuhan. Benda-benda yang disisakan, walaupun masih ada di Yerusalem, adalah bukti nyata dari kehancuran yang menimpa mereka. Ini mengajarkan kita bahwa tindakan kita memiliki dampak, dan ketidaktaatan kepada Tuhan sering kali membawa konsekuensi yang menyakitkan, baik secara individu maupun komunal.

Namun, justru di dalam konteks penghukuman ini, kita juga dapat menemukan harapan. Pengendalian ilahi atas segala sesuatu memastikan bahwa bahkan dalam kehancuran, rencana Allah tetap berlaku. Ayat-ayat selanjutnya dalam Yeremia sering kali diikuti dengan janji pemulihan. Sisa-sisa yang tertinggal, sekalipun di bawah kekuasaan asing, masih merupakan bagian dari rancangan Allah untuk membangun kembali umat-Nya. Ini mengajarkan kita bahwa Tuhan dapat menggunakan bahkan situasi terburuk untuk mencapai tujuan akhir-Nya.

Jadi, ketika kita merenungkan Yeremia 27:19, kita diajak untuk melihat melampaui detail benda-benda yang disebutkan. Kita dipanggil untuk mengagumi kedaulatan Allah yang tak terbatas, menyadari konsekuensi dari jalan-jalan kita, dan yang terpenting, menaruh kepercayaan kita pada janji-janji-Nya yang kekal. Kesejukan dan kepastian iman datang dari mengetahui bahwa Tuhan adalah Penguasa segala sesuatu, dan rencana-Nya, meskipun terkadang misterius, selalu membawa kepada kebaikan yang tertinggi bagi mereka yang mengasihi-Nya.

Simbol Ketenangan dan Kebijaksanaan