"Karena pada TUHANlah ada pengampunan, dan pada-Nya ada penebusan yang berlimpah."
Mazmur 130 adalah sebuah ratapan yang mendalam dari kedalaman penderitaan, sebuah seruan hati yang merindukan pertolongan ilahi. Namun, di tengah kegelapan dan rasa sakit, pemazmur menemukan sumber harapan yang tak tergoyahkan, sebagaimana tertulis dalam ayat ke-8: "Karena pada TUHANlah ada pengampunan, dan pada-Nya ada penebusan yang berlimpah." Ayat ini menjadi mercusuar cahaya, memandu kita keluar dari jurang keputusasaan menuju kepastian kasih karunia Tuhan.
Dalam kehidupan, kita semua pernah menghadapi momen-momen di mana kita merasa terjebak dalam kesalahan, penyesalan, atau kesesakan. Dosa, kegagalan, dan kelemahan manusiawi seringkali membawa kita pada perasaan bersalah yang membebani. Namun, Mazmur 130:8 mengingatkan kita bahwa Tuhan bukan hanya hakim yang menghukum, tetapi juga sumber pengampunan yang tak terbatas. Pengampunan-Nya bukanlah sesuatu yang harus kita peroleh dengan usaha keras, melainkan sebuah anugerah yang siap diberikan bagi siapa saja yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus.
Lebih dari sekadar pengampunan, ayat ini juga berbicara tentang "penebusan yang berlimpah" pada Tuhan. Penebusan dalam konteks ini mengacu pada pembebasan dari perbudakan, baik itu perbudakan dosa, kesedihan, atau kekuatan yang menindas. Bagi umat Perjanjian Lama, ini merujuk pada pembebasan dari pembuangan dan kesulitan. Bagi kita hari ini, penebusan yang ditawarkan Tuhan melalui Yesus Kristus melingkupi pembebasan total dari kuasa dosa, kematian, dan segala bentuk penindasan spiritual. Ini adalah sebuah tindakan penyelamatan yang menyeluruh, yang memberikan kehidupan baru dan kebebasan sejati.
Kekuatan Mazmur 130:8 terletak pada jaminan bahwa pengampunan dan penebusan ini "pada TUHANlah". Ini menekankan kedaulatan dan kesetiaan Tuhan. Dialah sumber segala kebaikan, dan komitmen-Nya untuk mengampuni serta menebus tidak pernah berubah. Di dunia yang seringkali tidak pasti, di mana harapan bisa memudar, firman Tuhan ini berdiri teguh sebagai fondasi keyakinan kita. Ketika kita merasa sendiri, lemah, atau jauh dari harapan, kita diundang untuk berpaling kepada Tuhan, mengetahui bahwa di sanalah kasih yang tak bersyarat dan kuasa penyelamatan yang tak terbatas tersedia bagi kita.
Merenungkan ayat ini seharusnya menuntun kita pada respons yang penuh syukur dan keyakinan. Bukan saja untuk mengakui kebenaran firman ini, tetapi juga untuk mengalaminya secara pribadi. Mari kita datang kepada Tuhan dengan kerendahan hati, mengakui kebutuhan kita akan pengampunan-Nya, dan menerima penebusan-Nya yang berlimpah. Harapan kita tidak terletak pada kekuatan diri sendiri atau kondisi eksternal, melainkan pada karakter Tuhan yang mulia. Di tangan-Nya, pengampunan adalah kenyataan, dan penebusan adalah janji yang pasti.