Yeremia 28:17

"Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN mengenai Hananya, anak Ibya: ‘Aku akan menghukum dia; ia akan mati pada tahun ini juga, karena ia telah mengajar pemberontakan terhadap TUHAN.’"

Firman Kebenaran

Ilustrasi: Jalan kebenaran yang lurus dan teguh.

Konteks Nubuat dan Konsekuensinya

Ayat Yeremia 28:17 menggambarkan sebuah peristiwa dramatis yang terjadi dalam konteks nubuat nabi Yeremia kepada bangsa Israel yang sedang terperosok dalam dosa dan penolakan terhadap firman Tuhan. Pada masa itu, ada dua suara kenabian yang berbenturan. Di satu sisi, Yeremia diutus oleh Tuhan untuk menyampaikan pesan peringatan dan pertobatan, seringkali dengan janji penghukuman jika mereka tidak bergeming. Di sisi lain, muncul nabi-nabi palsu yang menyebarkan janji-janji palsu tentang kedamaian dan pemulihan yang instan, padahal hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.

Hananya, yang disebut dalam ayat ini, adalah salah satu nabi palsu tersebut. Ia dengan berani menentang nubuat Yeremia. Yeremia telah meramalkan bahwa bangsa Israel akan dibawa ke pembuangan ke Babel selama tujuh puluh tahun. Hananya, sebaliknya, dengan congkak mematahkan kuk kayu yang dikenakan Yeremia, sebagai simbol bahwa kuk penindasan Babel akan segera dipatahkan dan para tawanan akan segera kembali. Ia mengklaim bahwa Tuhan akan segera mengembalikan semua perkakas dari rumah Tuhan yang diambil oleh Nebukadnezar.

Tanggapan Ilahi Terhadap Kebohongan

Namun, Tuhan tidak tinggal diam terhadap kebohongan yang disebarkan oleh Hananya. Seolah-olah menyela pembicaraan Hananya, firman Tuhan datang kepada Yeremia untuk memberikan tanggapan yang tegas. Ayat 28:17 ini adalah inti dari tanggapan tersebut. Tuhan menyatakan bahwa Ia akan menghukum Hananya, bahkan sampai pada kematiannya pada tahun itu juga. Konsekuensi yang berat ini bukanlah tanpa alasan. Tuhan menegaskan bahwa Hananya mati karena ia telah "mengajar pemberontakan terhadap TUHAN".

Pesan yang disampaikan Hananya bukanlah sekadar kesalahan prediksi kenabian, melainkan sebuah bentuk pemberontakan terhadap otoritas dan kebenaran Tuhan. Dengan menebar harapan palsu dan menentang firman yang jelas dari Tuhan yang diucapkan melalui Yeremia, Hananya telah mengajak bangsa itu untuk terus berjalan di jalan kesesatan dan tidak bertobat. Hal ini secara langsung mendurhakai kehendak Tuhan yang menghendaki umat-Nya untuk tunduk dan mematuhi-Nya, bahkan ketika kebenaran itu terasa sulit atau berat.

Implikasi dan Pelajaran Abadi

Kisah Yeremia 28:17 memberikan pelajaran yang sangat penting bagi kita. Pertama, ini menekankan betapa seriusnya Tuhan memandang kebenaran dan kesaksian yang diberikan atas nama-Nya. Menyebarkan kebohongan atau ajaran yang menyesatkan, terutama yang mengatasnamakan Tuhan, adalah tindakan yang sangat berbahaya dan memiliki konsekuensi.

Kedua, ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menguji setiap ajaran dan nubuat dengan Firman Tuhan yang alkitabiah. Kebenaran ilahi takkan pernah tergoyahkan, meskipun terkadang ada suara-suara lain yang mencoba menyesatkan. Kita dipanggil untuk berpegang teguh pada kebenaran Tuhan, bukan pada janji-janji manis yang datang dari sumber yang tidak ilahi. Hananya mati, tetapi firman Tuhan yang disampaikan Yeremia, meskipun berat, adalah kebenaran yang pada akhirnya memimpin pada pemulihan sejati setelah masa pertobatan yang diperlukan.