Yeremia 3:4 - Hubungan yang Ternoda

"Bukankah engkau baru saja berseru kepada-Ku: Ya Bapaku, engkau sahabat masa mudaku?
Apakah engkau akan menyimpan dendam untuk selama-lamanya?
Apakah engkau akan memeliharanya terus sampai akhir?"

Ayat Yeremia 3:4 ini merupakan sebuah panggilan yang kuat dari Tuhan kepada umat-Nya, Israel. Melalui nabi Yeremia, Tuhan menyoroti sebuah realitas yang menyakitkan: hubungan yang seharusnya murni dan setia telah ternoda oleh dosa dan ketidaksetiaan. Frasa "Ya Bapaku, engkau sahabat masa mudaku" menunjukkan pengakuan atas hubungan yang intim dan mendalam yang pernah dimiliki Israel dengan Tuhan. Tuhan adalah sumber kehidupan, pelindung, dan penuntun mereka sejak awal perjalanan mereka, sejak masa pembebasan dari Mesir. Hubungan ini layaknya hubungan orang tua dan anak, atau sahabat yang erat, di mana ada kepercayaan, ketergantungan, dan kasih sayang yang tulus.

Namun, perhatikan pertanyaan retoris yang mengikuti, "Apakah engkau akan menyimpan dendam untuk selama-lamanya? Apakah engkau akan memeliharanya terus sampai akhir?" Pertanyaan ini bukan hanya tentang Israel yang berbuat salah, tetapi juga tentang respons Tuhan terhadap dosa mereka. Tuhan bertanya, apakah umat-Nya akan terus-menerus berpaling dari-Nya, mengkhianati janji mereka, dan hidup dalam kesombongan dosa seolah-olah hubungan itu tidak pernah ada atau tidak penting lagi? Ini adalah sebuah paradoks yang menyakitkan: pengakuan akan kasih Tuhan di masa lalu, namun tindakan yang menunjukkan penolakan terhadap-Nya di masa kini.

Ilustrasi hati retak yang terhubung kembali dengan tangan lembut

Dalam konteks sejarah Israel, mereka telah berulang kali meninggalkan Tuhan untuk menyembah dewa-dewa asing, membuat perjanjian dengan bangsa-bangsa lain, dan hidup dalam kemurtadan. Perilaku ini digambarkan sebagai perselingkuhan spiritual yang menyakiti hati Tuhan. Pertanyaan Tuhan di Yeremia 3:4 adalah undangan untuk refleksi diri. Apakah umat-Nya benar-benar ingin mengakhiri hubungan berharga ini dengan amarah dan ketidakpedulian yang permanen? Apakah mereka tidak menyadari konsekuensi dari perpisahan abadi dengan Sumber kebaikan dan kehidupan mereka?

Pesan ini memiliki relevansi mendalam bagi kita hari ini. Seringkali, kita pun mengakui Tuhan sebagai Bapa Surgawi kita, sebagai pribadi yang kita sembah dan cintai. Namun, cara hidup kita bisa saja menunjukkan bahwa kita lebih mengutamakan hal-hal duniawi, membiarkan dosa mengendalikan tindakan kita, dan melupakan betapa berharganya hubungan kita dengan Sang Pencipta. Tuhan tidak ingin kita menyimpan "dendam" dalam arti hubungan kita yang rusak menjadi permanen tanpa adanya pemulihan. Pertanyaan-Nya menyingkapkan kerinduan-Nya agar kita kembali kepada-Nya.

Tuhan tidak memaksa. Ia bertanya. Ia membuka pintu kesempatan untuk pertobatan. Yeremia 3:4 mengingatkan kita bahwa meskipun kita berbuat salah, Tuhan tetaplah setia dan rindu untuk memulihkan hubungan yang telah kita nodai. Ia menawarkan pengampunan dan kesempatan untuk kembali menjadi "sahabat" seperti sedia kala. Pertanyaannya mendorong kita untuk merenungkan kedalaman kasih Tuhan dan betapa pentingnya menjaga kesetiaan kita kepada-Nya, agar hubungan kita tidak berakhir dalam kehancuran permanen, melainkan dipulihkan dalam kemurnian dan keintiman yang lebih dalam.

Pesan ini juga mengingatkan kita akan pentingnya kesetiaan dalam hubungan, baik dengan sesama maupun dengan Tuhan. Ketidaksetiaan dapat merusak kepercayaan dan menciptakan luka yang dalam. Namun, dengan kemurahan Tuhan, bahkan luka terdalam pun dapat disembuhkan melalui pengakuan, pertobatan, dan penerimaan atas kasih serta pengampunan-Nya.