"Tetapi kemudian kamu berbalik dan menajiskan nama-Ku dengan mengembalikan budak laki-laki dan perempuanmu yang telah kamu bebaskan sesuka hatimu, dan kamu jadikan mereka budak lagi. Demikianlah firman TUHAN."
Ayat Yeremia 34:11 mencatat sebuah peringatan keras dari Tuhan kepada bangsa Israel, khususnya para pemimpin mereka, mengenai pelanggaran perjanjian yang telah mereka buat. Peristiwa ini terjadi pada masa ketika Yerusalem menghadapi ancaman dari Babel. Dalam situasi genting tersebut, para pemimpin kota mengumumkan pembebasan para budak sebagai tanda pertobatan dan harapan untuk mendapatkan pertolongan ilahi.
Namun, seperti yang ditegaskan oleh firman Tuhan melalui nabi Yeremia, tindakan pembebasan tersebut ternyata hanyalah bersifat sementara dan tidak tulus. Ayat ini secara gamblang menyatakan pengingkaran mereka: "Tetapi kemudian kamu berbalik dan menajiskan nama-Ku dengan mengembalikan budak laki-laki dan perempuanmu yang telah kamu bebaskan sesuka hatimu, dan kamu jadikan mereka budak lagi." Ini menunjukkan sebuah kepicikan dan ketidakpedulian yang mendalam terhadap keadilan dan kebenaran. Mereka menggunakan pembebasan budak sebagai alat tawar-menawar dengan Tuhan, bukan sebagai ekspresi iman yang otentik.
Penegasan "Demikianlah firman TUHAN" di akhir ayat ini memberikan bobot otoritas ilahi pada peringatan tersebut. Tuhan menyaksikan segala tindakan manusia, dan pelanggaran terhadap janji, apalagi yang berkaitan dengan pembebasan sesama, akan berujung pada konsekuensi. Dalam konteks Yeremia, pengingkaran terhadap perjanjian pembebasan budak ini menjadi salah satu dari sekian banyak dosa yang membawa bangsa Israel pada kejatuhan dan pembuangan.
Ayat ini mengajarkan kita tentang pentingnya integritas dalam perkataan dan perbuatan. Ketika kita membuat janji, terutama yang berkaitan dengan prinsip-prinsip keadilan dan kasih, kita harus memenuhinya dengan sungguh-sungguh. Tuhan tidak senang dengan kemunafikan atau perjanjian yang dibuat hanya demi keuntungan sesaat tanpa ketulusan hati. Pengingkaran terhadap janji, seolah menentang kehendak Tuhan, akan membawa dampak serius, baik secara individu maupun komunal.
Meskipun ayat ini berasal dari konteks historis yang spesifik, pesan moralnya tetap relevan hingga kini. Dalam kehidupan sehari-hari, kita seringkali dihadapkan pada pilihan untuk menepati janji atau mencari jalan pintas yang lebih mudah. Yeremia 34:11 mengingatkan kita bahwa kejujuran dan konsistensi dalam memegang teguh prinsip adalah fondasi penting dalam membangun hubungan yang baik dengan sesama dan, yang terpenting, dengan Tuhan. Ketulusan dalam setiap tindakan, sekecil apapun, akan mencerminkan karakter kita yang sesungguhnya di hadapan Sang Pencipta.