Kisah suku Rekhab, yang tercatat dalam Kitab Yeremia pasal 35, menawarkan sebuah pelajaran yang luar biasa tentang ketaatan dan kesetiaan. Dalam konteks bangsa Israel yang sering kali jatuh dalam penyembahan berhala dan mengabaikan perintah Tuhan, suku Rekhab tampil sebagai teladan yang kontras. Perintah yang mereka pegang teguh bukanlah hukum Taurat yang rumit, melainkan tradisi leluhur mereka yang sederhana namun mendalam. Perintah ini diwariskan turun-temurun oleh Yehonadab bin Rekhab, ayah mereka, yang melarang mereka minum anggur, membangun rumah, menabur benih, atau memiliki kebun anggur. Mereka diperintahkan untuk hidup sebagai pengembara, berkemah di tenda.
Ketika Nabi Yeremia diperintahkan oleh Tuhan untuk menguji kesetiaan suku Rekhab, ia membawa mereka ke dalam rumah Tuhan. Ini adalah momen yang sarat makna. Di tengah kesibukan ibadah dan ritual keagamaan, sebuah kelompok nomaden datang dengan kepatuhan mutlak terhadap perintah ayah mereka. Yeremia menyajikan kepada mereka bejana-bejana yang penuh dengan anggur, sebuah undangan yang sangat menggoda, terutama mengingat betapa seringnya bangsa Yehuda tergoda oleh kesenangan duniawi dan menyimpang dari Tuhan.
Namun, tanggapan suku Rekhab sungguh mencengangkan. Yonadab bin Rekhab, nenek moyang mereka, telah memberi perintah yang jelas: "Janganlah kamu minum anggur, kamu pun jangan." Dengan hormat dan keteguhan yang luar biasa, para keturunannya menolak tawaran Yeremia. Yonathan, salah satu anak Rekhab, dengan tegas menyatakan, "Kami tidak akan minum anggur, karena Yehonadab bin Rekhab, nenek moyang kami, telah memerintahkan kami demikian: Janganlah kamu minum anggur, kamu pun jangan; anak-anakmu janganlah minum anggur sampai selama-lamanya. Baik kamu, baik istri-istrimu, baik anak-anakmu laki-laki, baik anak-anakmu perempuan, baik hamba-hambamu laki-laki, baik hamba-hambamu perempuan, janganlah minum anggur. Janganlah kamu mendirikan rumah, janganlah kamu menabur benih, janganlah kamu bercocok tanam dan janganlah kamu mempunyai kebun anggur; tetapi haruslah kamu diam di dalam kemah seumur hidupmu, supaya kamu hidup beberapa lama di tanah, di mana kamu orang asing." (Yeremia 35:6-7).
Keteguhan suku Rekhab ini menjadi kontras yang tajam dengan ketidaktaatan bangsa Yehuda. Tuhan melalui Yeremia menegur umat-Nya dengan berkata, "Apakah kamu tidak akan mengikuti perkataan Yehonadab bin Rekhab, nenek moyangmu, yang melarang kamu minum anggur, dan yang melarang kamu minum anggur sampai sekarang, sehingga kamu, anak-anakmu, mematuhinya, dan kamu tidak minum anggur? Kamu mematuhi perintah nenek moyangmu. Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN: Sekali-kali janganlah terputus keturunan Yehonadab bin Rekhab dari generasi ke generasi standing di hadapan-Ku." (Yeremia 35:18-19).
Pelajaran dari suku Rekhab sangat relevan bagi kita hingga kini. Ketaatan mereka yang tanpa syarat kepada leluhur mereka menjadi cerminan dari ketaatan yang Tuhan harapkan dari kita kepada-Nya. Meskipun perintah nenek moyang mereka bersifat spesifik pada zaman itu, prinsip utamanya adalah kesetiaan dan ketundukan pada instruksi yang diberikan. Ini mengajarkan pentingnya mendengarkan dan mematuhi firman Tuhan, serta mewariskan nilai-nilai rohani kepada generasi berikutnya. Di dunia yang penuh dengan godaan dan distraksi, kesetiaan suku Rekhab mengingatkan kita untuk memegang teguh prinsip-prinsip kebenaran dan tidak mudah terpengaruh oleh arus dunia.