"Dan engkau akan berkata kepada raja: ‘Beginilah firman TUHAN: Janganlah takut, sebab kedua budakmu ini akan diserahkan ke dalam tangan raja Babel, dan mereka akan membunuhmu.’" (Yeremia 38:23)
Kitab Yeremia, yang merupakan saksi bisu atas masa-masa sulit dan penghakiman ilahi atas bangsa Israel, seringkali dipenuhi dengan gambaran kesedihan dan kehancuran. Namun, di tengah kegelapan tersebut, Tuhan senantiasa menyisipkan pesan harapan dan jalan keluar. Salah satu ayat yang menyoroti hal ini adalah Yeremia 38:23. Ayat ini muncul dalam konteks yang sangat genting bagi raja Zedekia dan seluruh Yerusalem, yang sedang menghadapi ancaman invasi dari Babel.
Dalam pasal 38 Kitab Yeremia, kita menemukan kisah bagaimana Nabi Yeremia dilemparkan ke dalam perigi oleh para pejabat raja karena menyampaikan nubuat yang dianggap merusak semangat juang bangsa. Yeremia diutus Tuhan untuk menyampaikan pesan bahwa kota Yerusalem akan jatuh ke tangan raja Babel. Pesan ini tentu saja tidak disambut baik oleh mereka yang ingin mempertahankan kota dengan segala cara, termasuk dengan menyingkirkan nabi yang membawa kabar buruk. Namun, Tuhan tidak meninggalkan Yeremia begitu saja. Ia mengutus Ebed-Melekh, seorang sida-sida dari Ethiopia, untuk menyelamatkan Yeremia dari perigi yang dalam dan berlumpur itu.
Setelah Yeremia berhasil diselamatkan dan dipanggil menghadap raja Zedekia, ia kembali diminta untuk menyampaikan pesan dari Tuhan. Di sinilah kita menemukan perkataan yang terukir dalam Yeremia 38:23. Raja Zedekia, dalam keputusasaannya, ingin mengetahui apa yang akan terjadi di masa depan. Ia berharap Yeremia akan menyampaikan berita yang menenangkan, atau setidaknya sebuah jalan untuk menghindari malapetaka. Namun, nubuat yang disampaikan Yeremia tetap sama: Yerusalem akan jatuh.
Namun, ada nuansa penting dalam pesan Yeremia 38:23 ini. Meskipun menegaskan kejatuhan kota, perkataan ini juga menyiratkan adanya keselamatan pribadi bagi raja Zedekia, asalkan ia mau mendengarkan dan menyerah. "Dan engkau akan berkata kepada raja: ‘Beginilah firman TUHAN: Janganlah takut, sebab kedua budakmu ini akan diserahkan ke dalam tangan raja Babel, dan mereka akan membunuhmu.’" Frasa "Janganlah takut" menjadi jangkar harapan di tengah ketakutan yang pasti melanda raja. Meskipun kematian akan datang, ancaman yang lebih besar adalah bagaimana nasibnya di hadapan bangsa yang menghancurkan. Yeremia memberitahunya bahwa ia akan diserahkan ke dalam tangan raja Babel, tetapi implikasinya, ia tidak akan mengalami kehancuran kota secara langsung, dan nasibnya akan ditentukan oleh penguasa Babel.
Ayat Yeremia 38:23 ini mengajarkan kita bahwa bahkan dalam situasi yang paling suram sekalipun, Tuhan tetap memberikan pengarahan. Pesan-Nya mungkin tidak selalu menyenangkan, tetapi selalu bertujuan untuk kebaikan dan keselamatan jangka panjang umat-Nya. Bagi raja Zedekia, ini adalah peringatan terakhir untuk memilih kepatuhan daripada penolakan yang keras kepala. Pilihan untuk mendengarkan dan bertindak sesuai firman Tuhan, meskipun berat, adalah kunci untuk mendapatkan penanganan yang berbeda, bahkan di ambang kehancuran. Pesan ini bergema sepanjang sejarah, mengingatkan kita bahwa ketakutan seringkali menjadi musuh terbesar, dan iman serta kepatuhan adalah jalan menuju kedamaian yang sejati.