"Adapun Ebed-Melekh, orang Etiopia itu, seorang sida-sida, yang sedang berada di istana raja, mendengar bahwa mereka telah memasukkan Yeremia ke dalam perigi."
Ayat Yeremia 38:7 membawa kita pada sebuah momen krusial dalam kisah nabi Yeremia. Dalam masa-masa kegelapan, ketika Yerusalem menghadapi kehancuran dan bangsa Yehuda berada di ambang keputusasaan, tokoh Yeremia menjadi simbol kebenaran dan peringatan ilahi. Namun, pesannya yang keras sering kali tidak diterima, bahkan dianggap sebagai pembawa sial. Dalam konteks ini, kita diperkenalkan kepada Ebed-Melekh, seorang individu yang, meskipun memiliki kedudukan di istana raja, tidak ragu untuk bertindak ketika melihat ketidakadilan yang menimpa Yeremia.
Kisah dimulai dengan pengungkapan bahwa Yeremia telah dilemparkan ke dalam sebuah perigi oleh para pembesar yang tidak menyukai nubuatnya. Perigi ini digambarkan sebagai tempat yang penuh lumpur dan tanpa air, sebuah hukuman yang kejam dan hampir pasti berakibat kematian. Di tengah kondisi yang mengerikan ini, kabar mengenai perlakuan terhadap Yeremia terdengar oleh Ebed-Melekh. Tindakan Ebed-Melekh bukanlah sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah respons moral dan spiritual. Ia mendengar, dan ia mengambil tindakan. Ini menunjukkan bahwa di tengah keburukan dan ketidakpedulian yang merajalela, masih ada hati nurani yang peka terhadap penderitaan sesama.
Ebed-Melekh, yang digambarkan sebagai seorang "orang Etiopia" dan "sida-sida," adalah seseorang yang mungkin memiliki posisi minoritas atau status sosial yang berbeda dalam masyarakat. Namun, hal ini tidak menghalanginya untuk menunjukkan keberanian dan belas kasih. Ia mendatangi raja Zedekia, yang saat itu berkuasa, dan menceritakan apa yang terjadi. Keberaniannya untuk berbicara kepada raja, bahkan ketika para pembesar lainnya mungkin menentangnya, adalah tindakan yang luar biasa. Ini mengingatkan kita bahwa kebenaran sering kali membutuhkan pembela yang berani, bahkan dari mereka yang posisinya tidak terkemuka.
Kisah Ebed-Melekh mengajarkan kita pentingnya kepedulian dan tindakan. Dalam dunia yang terkadang terasa kejam dan tidak adil, setiap individu memiliki peran untuk dimainkan. Mendengar tentang penderitaan orang lain hanyalah langkah awal. Yang terpenting adalah bagaimana kita merespons. Ebed-Melekh tidak tinggal diam. Ia bertindak, ia berbicara, dan ia memimpin upaya penyelamatan. Perbuatan baiknya ini tidak hanya menyelamatkan nyawa Yeremia, tetapi juga mencerminkan prinsip kasih dan keadilan ilahi. Kisah ini, yang dimulai dengan ayat Yeremia 38:7, terus bergema sebagai pengingat bahwa harapan dapat ditemukan, dan penyelamatan dapat datang dari sumber yang tak terduga, ketika hati yang tulus tergerak untuk berbuat baik. Perhatikanlah bagaimana kesetiaan dan keberanian Ebed-Melekh dihargai oleh Tuhan, dan ia diberitahukan bahwa ia akan selamat dari kehancuran yang akan datang.
Kisah penyelamatan Yeremia oleh Ebed-Melekh adalah contoh nyata bagaimana keberanian dan kebaikan dapat mengubah takdir. Ini adalah pengingat bahwa di tengah kesulitan, selalu ada kesempatan untuk menunjukkan sisi kemanusiaan kita yang terbaik. Anda bisa membaca lebih lanjut mengenai kisah ini dalam Yeremia pasal 38.