Yeremia 39:10: Kebaikan yang Terus Ada

"Tetapi kepala pengawal itu, Nebuzaradan, mengizinkan Yeremia pergi dan tidak menyakiti dia, melainkan memenuhi permintaannya."

Kitab Yeremia seringkali diwarnai dengan nada peringatan, penghukuman, dan gambaran kehancuran kota Yerusalem. Di tengah peristiwa yang begitu suram dan penuh penderitaan, kita menemukan sebuah momen yang menonjolkan kebaikan yang tak terduga, sebagaimana dicatat dalam Yeremia 39:10. Ayat ini menceritakan tentang tindakan Nebuzaradan, kepala pengawal raja Babel, yang memilih untuk tidak menyakiti Nabi Yeremia, bahkan mengabulkan permintaannya. Ini adalah titik cahaya yang signifikan dalam narasi yang gelap.

Peristiwa dalam Yeremia 39 terjadi saat Yerusalem jatuh ke tangan tentara Babel. Kota ini diluluhlantakkan, kuil dihancurkan, dan banyak penduduknya dibawa ke pembuangan. Dalam suasana seperti itu, kehidupan Nabi Yeremia seharusnya berada dalam bahaya besar. Ia adalah seorang nabi yang telah memperingatkan bangsanya tentang konsekuensi dosa dan pemberontakan mereka terhadap Allah, dan seringkali menjadi sasaran kemarahan dan kebencian oleh bangsanya sendiri. Namun, di tengah kekacauan dan kemenangan tentara Babel, ada satu individu yang menunjukkan belas kasihan.

Nebuzaradan, meskipun seorang perwira asing yang memimpin penaklukan, bertindak dengan cara yang tidak terduga. Ia tidak hanya membebaskan Yeremia, tetapi juga memenuhi permintaannya. Detail mengenai permintaan Yeremia tidak disebutkan secara spesifik dalam ayat ini, tetapi konteks sebelumnya menunjukkan bahwa Yeremia seringkali berurusan dengan orang-orang tertindas dan mungkin saja ia meminta untuk tidak diperlakukan seperti tawanan perang biasa, atau mungkin ia ingin memastikan keselamatannya agar dapat terus melayani, meskipun dalam keadaan baru. Apapun permintaannya, fakta bahwa Nebuzaradan mengabulkannya menunjukkan adanya intervensi ilahi yang menggerakkan hati seorang penakluk.

Ayat Yeremia 39:10 mengajarkan kita bahwa bahkan dalam saat-saat tergelap, Allah dapat bekerja melalui orang-orang yang tidak terduga untuk menunjukkan kebaikan dan belas kasihan. Kebaikan Nebuzaradan bukanlah hasil dari ajaran keagamaan Yahudi, melainkan kemungkinan besar adalah respons terhadap otoritas yang lebih tinggi, yaitu Allah yang berdaulat atas sejarah dan hati manusia. Ini mengingatkan kita bahwa Tuhan sanggup menggunakan siapa saja, bahkan musuh sekalipun, untuk mencapai tujuan-Nya dan memelihara hamba-Nya.

Bagi Yeremia, ini adalah bukti nyata dari janji-janji Allah yang terus berlaku. Meskipun hukuman datang atas dosa, Allah juga menjanjikan pemulihan dan pemeliharaan. Di tengah kehancuran, Yeremia diberi kesempatan untuk hidup dan melanjutkan karyanya. Ini adalah gambaran harapan yang kuat; bahwa kebaikan ilahi selalu ada, bahkan ketika situasi terlihat tanpa harapan. Hal ini mendorong kita untuk terus berpegang teguh pada iman, mengetahui bahwa Allah melihat dan peduli pada setiap detail kehidupan kita, serta mampu mengubah keadaan yang paling sulit sekalipun menjadi kesaksian akan kebaikan-Nya.