"Apakah kamu masih berani berbuat kejahatan yang terkutuk ini, yang telah dilakukan leluhurmu, yang telah mendatangkan murka-Ku atas bangsa ini?"
Ayat Yeremia 44:9 adalah sebuah seruan peringatan yang tajam dari Nabi Yeremia, yang disampaikan atas nama TUHAN. Dalam konteks sejarah bangsa Israel, ayat ini menyoroti sebuah siklus perilaku yang berbahaya: pengulangan kesalahan leluhur yang mendatangkan murka ilahi. Ini bukan sekadar nasihat, melainkan sebuah teguran keras yang mengingatkan umat untuk berhenti dari jalan yang salah dan memahami konsekuensi serius dari ketidaktaatan mereka.
Pada masa itu, banyak umat Israel yang melarikan diri ke Mesir setelah jatuhnya Yerusalem, membawa serta kebiasaan-kebiasaan penyembahan berhala yang telah lama melekat. Mereka menyembah "ratu surga" dan dewa-dewa asing lainnya, menganggap ritual tersebut sebagai cara untuk mendapatkan perlindungan dan kemakmuran, padahal justru itulah yang telah membawa kehancuran bagi Yehuda. TUHAN, melalui Yeremia, mengingatkan mereka bahwa tindakan mereka ini adalah kekejian di mata-Nya dan merupakan pengulangan dosa-dosa yang sama yang dilakukan oleh generasi sebelumnya.
Pesan dalam Yeremia 44:9 sangat relevan hingga kini. Ia mengajarkan kita tentang pentingnya belajar dari sejarah, baik sejarah pribadi maupun sejarah kolektif. Mengulang kesalahan yang sama, terutama kesalahan yang didasari oleh penyimpangan dari prinsip-prinsip moral dan spiritual, akan selalu membawa konsekuensi. TUHAN adalah Allah yang kudus dan adil, dan meskipun Dia penuh kasih dan pengampunan, Dia juga tidak mengabaikan kejahatan. Kemurkaan-Nya adalah respons terhadap pelanggaran hukum-Nya yang berulang-ulang.
Ayat ini juga menekankan tanggung jawab individu. Meskipun leluhur mereka telah berdosa, setiap individu memiliki pilihan untuk mengikuti jalan kebaikan atau kejahatan. TUHAN bertanya, "Apakah kamu masih berani...", menunjukkan bahwa ada elemen kesengajaan dan keteguhan dalam melakukan kesalahan. Ini adalah pertanyaan yang menggugah hati nurani, memaksa pendengar untuk merenungkan pilihan mereka dan dampak dari pilihan tersebut.
Dalam kehidupan modern, "kejahatan yang terkutuk" bisa mengambil berbagai bentuk. Mulai dari ketidakjujuran, keserakahan, keegoisan, hingga penolakan terhadap nilai-nilai kebaikan yang universal. Seringkali, kita cenderung membenarkan tindakan buruk kita dengan alasan tradisi, tuntutan sosial, atau bahkan kebutuhan. Namun, seperti yang diperingatkan Yeremia, alasan-alasan tersebut tidak akan menghapuskan tanggung jawab kita di hadapan Allah. Memahami Yeremia 44:9 berarti menyadari bahwa kesetiaan kepada Allah dan kebenaran-Nya haruslah menjadi prioritas utama, melebihi segala bentuk kenyamanan duniawi atau tradisi yang menyesatkan.