Sebuah gambaran visual dari pesan ilahi yang dituliskan.
Ayat pembuka dari Kitab Yeremia pasal 45 ini adalah pengantar yang penting. Ayat ini memperkenalkan kita pada sebuah momen krusial yang melibatkan nabi Yeremia dan hamba setianya, Barukh bin Neria. Di tengah situasi yang penuh gejolak dan ancaman kehancuran bagi Yehuda, Barukh diperintahkan untuk mencatat setiap firman yang keluar dari mulut Yeremia. Ini bukanlah tugas yang mudah, mengingat pesan-pesan yang disampaikan Yeremia seringkali bernada peringatan keras dan nubuat malapetaka.
Tahun keempat pemerintahan Yoyakim bin Yosia menandai periode genting. Bangsa Yehuda sedang menghadapi tekanan yang meningkat dari Kekaisaran Babilonia. Keberanian dan kesetiaan Barukh dalam menjalankan tugasnya patut diacungi jempol. Ia rela mengambil risiko besar untuk menjadi juru tulis dari pesan-pesan ilahi, yang mungkin akan membuatnya menjadi target kemarahan baik dari penguasa maupun rakyat yang tidak suka mendengar kabar buruk. Tugas ini menuntut ketaatan tanpa syarat kepada Allah dan kepercayaan penuh pada hamba-Nya, Yeremia.
Pesan yang disampaikan melalui Yeremia kepada Barukh ini, seperti yang akan terungkap dalam ayat-ayat selanjutnya, adalah tentang harapan dan pemeliharaan ilahi di tengah kesulitan. Barukh, sebagai seorang juru tulis, tentu saja memiliki kekhawatiran dan mungkin ketakutan akan nasib bangsanya, serta beban berat yang dipikulnya. Ia mungkin bergumul dengan pertanyaan tentang bagaimana semuanya akan berakhir, dan apakah ada harapan bagi dirinya dan bangsanya.
Firman TUHAN yang disampaikan kepada Barukh menegaskan bahwa meskipun kota Yerusalem dan bangsa Yehuda akan mengalami malapetaka dan pembuangan, Barukh sendiri akan diselamatkan. Allah berjanji untuk memberikan kehidupannya sebagai rampasan baginya, yang berarti ia akan dilindungi dan selamat dari kehancuran yang akan datang. Ini adalah janji yang sangat pribadi dan menghibur bagi Barukh, yang telah mencurahkan seluruh tenaga dan kesetiaannya untuk melayani TUHAN melalui nabi-Nya.
Kisah Barukh mengajarkan kita tentang pentingnya kesetiaan dalam pekerjaan pelayanan, sekecil atau sebesar apapun itu. Setiap tugas yang dilakukan dengan hati yang tulus untuk kemuliaan Tuhan memiliki nilai di hadapan-Nya. Ketika kita setia dalam apa yang dipercayakan kepada kita, bahkan di tengah masa-masa sulit, kita dapat mengandalkan pemeliharaan-Nya. Pesan ini, yang pertama kali ditujukan kepada Barukh, tetap relevan hingga kini. Ia mengingatkan kita bahwa di tengah badai kehidupan, TUHAN selalu memperhatikan hamba-hamba-Nya yang setia dan memiliki janji keselamatan serta kehidupan kekal bagi mereka yang percaya kepada-Nya. Kehidupan Barukh menjadi saksi bisu bahwa kesetiaan kepada firman Tuhan akan selalu dihargai.
Informasi lebih lanjut mengenai Kitab Yeremia dapat ditemukan di situs seperti Alkitab SABDA.