"Sesungguhnya, Aku membuat engkau hina di antara bangsa-bangsa, dan dipandang rendah oleh manusia." (Yeremia 49:15)
Kitab Yeremia memuat banyak nubuat penghukuman terhadap berbagai bangsa, termasuk Edom. Bangsa Edom adalah keturunan Esau, saudara kembar Yakub (nenek moyang Israel), sehingga mereka memiliki hubungan kekerabatan yang erat. Namun, sejarah hubungan antara Israel dan Edom sering kali diwarnai oleh permusuhan dan kebencian. Edom tidak menunjukkan belas kasihan ketika Yerusalem jatuh ke tangan Babel, bahkan mereka turut bersukacita atas kehancuran bangsanya sendiri.
Ayat Yeremia 49:15 ini merupakan bagian dari hukuman ilahi yang ditujukan kepada Edom. Tuhan menetapkan bahwa bangsa yang sombong dan congkak ini akan dibuat hina di antara bangsa-bangsa lain dan dipandang rendah oleh manusia. Ini adalah janji hukuman yang mencerminkan sifat keadilan Allah, di mana kesombongan akan dibalas dengan kerendahan.
Istilah "hina" (bahal dalam bahasa Ibrani) dan "dipandang rendah" (mequleh) menunjukkan suatu keadaan di mana suatu bangsa kehilangan martabat, kehormatan, dan kekuatannya. Bangsa Edom, yang dikenal dengan benteng-benteng mereka yang kokoh di pegunungan Seir dan kebanggaan mereka, akan diremukkan dan kehilangan segala kemuliaannya. Mereka yang dulunya memandang rendah bangsa lain, kini akan menjadi objek pandangan rendah.
Penghukuman ini bisa diartikan dalam berbagai cara, termasuk kehancuran fisik, kehilangan kedaulatan, dan pengasingan. Namun, intinya adalah pergeseran status yang drastis. Dari bangsa yang disegani (atau setidaknya ditakuti) menjadi bangsa yang tidak berarti dan diremehkan. Ini mengajarkan bahwa segala bentuk kesombongan dan keangkuhan yang tidak bersumber dari Tuhan pada akhirnya akan berujung pada kehinaan. Allah sendiri yang akan menurunkan mereka yang meninggikan diri.
Nubuat ini memberikan pelajaran penting bagi setiap individu dan bangsa. Pertama, pentingnya kerendahan hati di hadapan Allah dan sesama. Kesombongan adalah dosa yang dibenci Tuhan, dan Ia berjanji untuk melawan orang yang sombong namun memberikan kasih karunia kepada orang yang rendah hati (Yakobus 4:6).
Kedua, ayat ini mengingatkan kita akan kedaulatan Allah atas semua bangsa. Tidak ada bangsa yang dapat lepas dari penghakiman Allah, terutama jika mereka berbuat jahat dan tidak berbelas kasih. Allah peduli terhadap keadilan dan Ia akan menegakkannya.
Ketiga, bagi umat Tuhan, ayat ini juga bisa menjadi pengingat untuk tidak meniru perilaku Edom. Dalam menghadapi penderitaan bangsa lain, kita dipanggil untuk menunjukkan belas kasihan, bukan sukacita atas kejatuhan mereka. Sebaliknya, kita perlu menjaga sikap rendah hati dan takut akan Tuhan, menyadari bahwa segala kebaikan berasal dari-Nya dan kita sendiri tidak memiliki apa pun yang tidak diterima. Edom, sebagai keturunan Esau yang sering kali memusuhi keturunan Yakub, menjadi contoh klasik bagaimana hubungan yang rusak dan kebencian dapat berujung pada penghukuman ilahi.
Pada akhirnya, Yeremia 49:15 adalah peringatan tegas bahwa kesombongan dan kekejaman akan menuai kehinaan dan kerendahan. Tuhan berdaulat, adil, dan Ia akan membawa setiap bangsa dan individu kepada pertanggungjawaban atas tindakan mereka.