"Tetapi mereka tidak mau mendengarkan dan tidak mau memperhatikannya, melainkan mengikuti ketinggian hati dan kehendak mereka yang jahat, dan mereka berjalan mundur, bukan maju."
Ayat Yeremia 7:24 ini berbicara tentang kegagalan umat Israel untuk mendengarkan dan mengikuti peringatan serta petunjuk Tuhan. Alih-alih memilih jalan kebenaran dan ketaatan, mereka terperosok dalam "ketinggian hati" dan "kehendak mereka yang jahat". Istilah "ketinggian hati" seringkali merujuk pada kesombongan, keangkuhan, dan perasaan diri lebih unggul yang membuat seseorang menolak nasihat dan kebenaran. Ini adalah sikap yang menutup diri terhadap suara Tuhan dan orang lain. Ketika seseorang atau sebuah bangsa lebih mengutamakan keinginan pribadi yang sempit dan dorongan yang keliru, dampaknya adalah sebuah pergerakan mundur. Alih-alih maju menuju tujuan yang mulia dan sesuai dengan kehendak ilahi, mereka malah berjalan mundur. Ini bisa diartikan sebagai kemunduran spiritual, moral, dan bahkan kemunduran dalam hubungan mereka dengan Tuhan. Jalan yang seharusnya adalah jalan kemajuan, pertumbuhan, dan semakin dekat kepada Tuhan, justru berbalik arah menjadi jalan kehancuran. Tuhan senantiasa memanggil umat-Nya untuk mengikuti jalan yang lurus, jalan yang dipenuhi ketaatan, kerendahan hati, dan kasih. Namun, Yeremia menyoroti bagaimana umat Israel, bahkan setelah berbagai peringatan dan pengalaman, tetap keras kepala. Mereka seperti orang yang tersesat dalam labirin ego mereka sendiri, berjalan tanpa arah yang jelas, dan semakin jauh dari cahaya kebenaran. Penting bagi kita untuk merenungkan ayat ini dalam kehidupan kita sendiri. Apakah kita seringkali terdorong oleh "ketinggian hati" dan kehendak kita sendiri, menolak suara kebenaran yang mungkin datang dari berbagai arah? Apakah kita merasa sedang bergerak maju, atau sebenarnya kita sedang berjalan mundur karena tidak lagi mendengarkan dan memperhatikan tuntunan ilahi? Memilih untuk mendengarkan dan memperhatikannya adalah langkah awal yang krusial. Ini berarti membuka telinga hati kita untuk firman Tuhan, nasihat yang membangun, dan bahkan teguran yang mungkin terasa tidak nyaman. Dengan kerendahan hati, kita dapat mengakui bahwa kita tidak selalu tahu jalan terbaik, dan seringkali kita membutuhkan panduan dari Sang Pencipta. Jalan yang benar adalah jalan yang membawa kita semakin dekat kepada Tuhan dan kepada sesama. Ini adalah jalan yang ditandai dengan pertumbuhan rohani, pembentukan karakter yang saleh, dan buah-buah roh yang nyata. Sebaliknya, jalan yang didorong oleh keegoisan dan kesombongan akan selalu mengarah pada perpecahan, kehancuran, dan keterpisahan dari sumber kehidupan yang sejati. Yeremia 7:24 adalah pengingat yang kuat akan bahaya menolak bimbingan Tuhan dan konsekuensi yang menyertainya. Mari kita memilih untuk selalu berjalan maju, dalam ketaatan dan kerendahan hati, mengikuti jalan yang telah Tuhan tunjukkan.